"Lakukanlah apa yang bermanfa'at untuk dirimu dan berpegang teguhlah dengannya"

Selasa, 28 Juli 2015

Hakikat Syukur

Ada seorang raja yang terkenal baik hati pada rakyatnya. suatu ketika dia memanggil tiga rakyatnya dan membagikan seekor kuda kepada masing-masing mereka. kebaikan sang raja pun rupanya menimbulkan tiga kesan yang berbeda :
  • Rakyat yang pertama, hanya cukup gembira mendapat hadiah kuda dari sang raja bahkan baginya sama sekali tidak ada perbedaan seumpama kuda tersebut diperoleh dari hutan belantara, sebab baginya adalah kuda mau dapat dari raja atau dapat dari hutan sama saja.
 
  • Rakyat yang kedua, bukan sekedar gembira, ucapan terimakasih pun keluar dari mulutnya, baginya dia bukan sekedar raja dengan mahkota di kepala. rakyat ini demikian bahagia betapa rajanya begitu perhatian kepada dirinya.
 
  • Rakyat yang ketiga, berkesan melebihi rakyat yang pertama dan yang kedua, dia gembira karena mendapatkan hadiah kuda, ucapan terimakasih, baginya raja itu bukan sekedar orang yang bermahkota di kepala, penuh perhatian pada rakyat bahkan kuda tersebut dijadikan sebagai media untuk lebih mendekatkan dirinya pada raja, dan saking dekatnya suatu ketika raja menawarkan sesuatu kepada dirinya "Kamu mau menjadi menteri tapi tidak dekat denganku atau kepengen selalu dekat denganku walau tetap menjadi rakyat biasa". Dengan lantang dia menjawab : ingin selalu dekat denganmu walau tidak jadi menteri ".
Rakyat pertama tidak termasuk dalam katagori Syukur, rakyat kedua masuk katagori syukur sedangkan rakyat yang ketiga inilah yang dikenal dengan syukur betulan alias Hakikat syukur.
 
Demikian Hujjatul Islam, Imam al-Ghazali dalam sebuah ilustrasinya.
 
Sumber : (Muhammad Yusuf Hidayat)
Kitab Syarah Hikam, oleh Muhammad Ibrahim.

Share:

Misteri Ikhlas

Orang sering menggambarkan ikhlas sebagai lawan dari riya dengan pergi ke WC membuang hajat dan tanpa pernah menengoknya lagi. Walau gambaran ikhlas ini terkesan konyol tapi demikian kira-kira ikhlas itu.

Sebagian ulama ditanya tentang ikhlas, merekapun menjawab bahwa ikhlas adalah seseorang menyembunyikan kebaikan-kebaikan sebagaimana ia menyembunyikan keburukan-keburukanya. sebagian ulama lain ditanya tentang puncak keikhlasan, dan dijawab bahwa ia tidak suka pujian orang.
Share:

Jumat, 24 Juli 2015

Fenomena Islam Jama'ah Gaya Baru

Syeikh Ibnul Mubarok seorang muhadist pernah berujar: "Sanad bagian dalam agama, seandainya tidak ada sanad (mata rantai atau silsilah keguruan) niscaya manusia sembarang berkata."

Begitu juga dengan Imam Nawawi dalam komentarnya : "Mencari sanad menjadi bagian penting, sudah semestinya bagi guru agama dan pelajar mengetahui sanad dan buruklah karena tidak mengetahui sanad, sesungguhnya guru agama adalah menjadi bapaknya dalam agama dan menjadi wasilah antara dirinya dan Robbul A'lamin."

Bahkan Ulama Salaf pun turut ambil bagian dan katanya : "Sanad ibarat pedang bagi yang berperang."

Fenomena memilukan yang sering muncul ditengah masyarakat mulai dari berbagai fatwa yang serampangan, munculnya berbagai ajaran sesat, obral ucapan bid'ah dholalah hingga sikap memusyrikan dan mengkafirkan kaum muslimin dan sebagainya. Salah satu faktornya adalah, mencukupkan diri dalam mempelajari ilmu agama dengan mengkaji sendiri atau berkelompok tanpa bimbingan seorang ulama. dan anehnya perilaku semisal ini justru sering muncul dari para civitas akademika. padahal dalam firman Allah ditegaskan :

فَاسْأَلُوا أَهْلَ الذِّكْرِإِنْ كُنتُمْ لَاتَعلَمُونَ
"Tanyakan kepada ulama jika kalian tidak mengetahuinya" (Qs.an-Nahl: 43)
Jadi wajar bila pada akhirnya muncul celoteh para syufi, "Siapa saja yang mengkaji agama Islam tanpa bimbingan  seorang guru, maka syetanlah yang akan membimbingnya". Imam Dhailami meriwayatkan hadist yang bersumber dari Ibnu Umar ra. (Hadist marfu) "Ilmu itu agama, sholat itu agama maka lihatlah dari siapa kalian mengambil ilmu ini, sebab bagaimanapun kalian sholat maka sesungguhnya kalian akan ditanya pada hari kiamat nanti" (cara tersebut dari mana).

Bahkan lebih fatal lagi bila menghina karya para salafus sholeh yang dikenal dikalangan santri dengan sebutan kitab kuning, padahal kepakaran dan kapasitasnya  sudah mencukupi kenapa masih dipertanyakan.

Ada sebuah i'tibar : "Kipas yang sudah ada tinggal digunakan tapi malah pergi ke kebun bambu untuk membuat kipas, dibelahnya bambu itu, diracik dan seterusnya. hingga menjadi kipas, tapi ternyata kipas yang di buatnya lebih buruk dari brongsongan nangka".

Saudaraku,
Sanad dalam wacana ilmu Hadist adalah jalan menuju teks hadist atau mata rantai para perawi yang menukil dari sumber pertama. dalam dunia kepasantrenan bisa berarti sandang seorang murid dalam mengambil ilmu kepada sang guru dan seterusnya yang disebut silsilah keguruan.

Begitu pentingkah silsilah keguruan itu ? Bukan sekedar penting seperti komentar diatas tadi, tapi segudang keberkahan (nilai tambah) akan diperoleh. ada beberapa hal yang patut dicatat sang murid yang jelas silsilah keguruanya :
  • Lebih mantap dalam melangkah da'wah
  • Terhindar dari sikap egoistis (ke-akuan)
  • Futuhat (terbuka cakrawala pemikiran & pemahaman
Lebih Mantap Dalam Melangkah Da'wah.
Betapa tidak karena kajian yang akan disajikan ke tengah umat sumbernya cukup jelas juga lebih dapat di pertanggungjawabkan. seperti halnya ketika Nabi Saw mengerjakan cara sholat kepada sahabatnya, :Sholatlah kalian sebagaimana kalian melihat Aku melaksanakan sholat" (Hr. Imam Bukhori)

Kemudian apa yang disaksikan sahabat disampaikan kepada tabi'in dan terus hingga generasi sesudahnya.

Imron bin Husain ra ketika mengajar hadist di tengah jama'ahnya, tiba-tiba datang seorang lelaki lantas berkata : "Tinggalkan ini, ajarkan saja kami Al-Qur'an !", mendengar ocehan lelaki tadi  Imron bin Husain tidak marah dan diapun balik bertanya, katanya: "Kalian semua membaca Al-qur'an, dari mana kalian tau tentang kaifiat (tata cara) sholat, pembagian zakat, haji dan sebagainya ?, mendengar Imron bin Husain berkata demikian, lelaki tadi terdiam. bahkan Imam Hasab Al-Basri dalam riwayatnya mengatakan: "Lelaki tersebut akhirnya menjadi ahli fiqih sebelum wafatnya."

Ayub as-Sahtiyani ra (68-131H) mengatakan, "Apabila kamu mengajarkan as-Sunnah kepada seseorang kemudian dia berkata, tinggalkan ini dan ajarkan saja kami Al-qur'an, maka ketahuilah orang tersebut telah sesat dan menyesatkan.

Saudaraku
Cerita dan komentar diatas tadi setidaknya menjadi cermin bagi sekian banyak orang berda'wah hanya bermodalkan Al-qur'an terjemah, tanpa pernah mau menengok hadist yang notabennya sebagai penjelas isi Al-qur'an, apa lagi membuka-buka tafsir yang dikarang para salafus shaleh, belum lagi perangkat-perangkat lain yang mutlak harus dikuasai semisal tata bahasa arab dll. Mampukah dirinya memahami isi kandungan Al-qur'an dengan benar tanpa dukungan semua itu...?
Kita sering memperhaitkan mereka yang katanya berslogan kembali kepada Al-qur'an, ternyata serba kebingungan ketika menghadapi ayat-ayat hukum (ayatul ahkam). Dan akhirnya yang mereka kaji adalah ayat yang sesuai dengan pola gerakanya, itupun ujungnya cuma untuk kepentingan politik dan menghantam orang lain. Bahkan ada yang berceloteh, "Kenapa tidak langsung saja ke Al-qur'an". Nah kita jawab, "Memangnya ilmu yang tersebar di berbagai kitab-kitab fiqih itu dari mana sumbernya kalau bukan dari Al-qur'an dan hadist, bahkan kita berani mengatakan bahwa kitab-kitab fiqih yang dikarang ulama salaf yang menjadi rujukan dunia pasantren adalah hadist bil ma'na. Mengapa,,,? coba selidiki sedikit wacana yang ada di kitab fiqih semisal Safinatun Naja-Ar-Riyadhul Badi'ah, Taqrib dll. ternyata mereka beristinbath dari ayat-ayat Al-Qur'an dan Hadist.
Dalam hadist Nabi Saw dikatakan, "Siapa yang paling berani berfatwa adalah yang paling berani masuk neraka".
Apakah berani para ulama salaf itu berfatwa yang dituangkan dalam kitab fiqihnya tanpa dalil yang akan menyebabkan mereka terjungkal kedalam api neraka....? Tentu hanya orang dungu yang menuduh ulama salaf itu asal bunyi (asbun) tanpa dalil.
Yang memilukan dalam kreatifitas da'wah amburadul sebagian civitas akademika itu adalah upaya menjauhkan umat dari ulamanya. Hadist yang berbunyi : "Sampaikanlah dariku walaupun satu ayat" menjadi sebuah doktrin da'wah yang dipraktekan secara tidak proporsional alias ngawur alias serampangan. Mengapa...? karena setiap orang di pahami harus mengajar agama walau dengan informasi seadanya. Akibatnya ketika mereka ditanya, ternyata yang keluar dari mulut mereka rupanya sederetan fatwa ngawur,asal bunyi, menafsirkan satu ayat tadi menurut hawa nafsunya, dengan ucapan yang biasa mereka lemparkan "ah" ini maudu', ah ini dhoif, ah ini ga ada hadistnya, ah ini bid'ah, ah ini musyrik dan segudang kata ah-ah yang lain.
Parahnya lagi mereka mengklaim sebagai Murabbi. (Panggilan Murabbi lebih cocok buat seorang Mursyid Thariqoh). Mengutip sepenggal pernyataan, "Laula Murabbiy ma'araftu Rabbiy" (Seandainya tidak ada Murabbi pasti aku tidak mengenal Tuhan-ku)".
Padahal tugas Murabbi sebenarnya adalah mengantarkan murid mengenal Allah Swt. mengarahkan murid untuk selalu ingat kepada Allah dan mengajak mereka mencintai yang senang ingat kepada Allah (berdziqir). dan lebih jauh lagi mencetak sang murid menjadi 'Arif billah. ini bisa difahami dari redaksi 'araftu dari akar kata arafa yang berarti menganal betul Allah, sebuah maqom musyahadah seperti halnya Syekh Abdul Qodir Al-Jailani serta para Aulia dan Anbiya.
Bukan bertindak sebaliknya dengan mencerca kaum muslimin yang gemar berdziqir dengan berbagai kemasanya berupa maulidan, istighasahan, tahlilan, tawasulan, haulan, ratiban, hiziban, yasinan, dan lain sebagainya yang syaratnya bermuatan dalil syar'i. Bukankah dalam kehidupan kita diperintah untuk banyak berdziqir..? Dan soal Modus, tentu banyak ragamnya selama tidak bertentangan dengan kaidah-kaidah syiar'i.

Dan cara rekrutmenya saja sudah mengisyaratkan gejala penipuan ilmiah. mereka merekrut pelajar dan kaula muda yang mayoritasnya masih sangat hampa agamanya dengan alasan lebih mudah untuk diwarnai. mereka enggan berhadapan dengan santri-santri yang sudah banyak dibekali ilmu agama, mereka takut bila saatnya diajak berdzakaroh dan diskusi apalagi berdebat untuk meng-kritisi doktirn-doktrin dongkal yang mereka perangi, padahal karekter imu itu sendiri terbuka untuk dikritisi.

Al-Hasil, produk tarbiyahnya dari yang kita saksikan ujungnya hanya mengkader robot-robot muda ditengah masyarakat dengan bermodalkan segudang doktrin-doktrin dangkal. penuh kesombongan, benar sendiri, bahkan berani mengkaflingkan syurga semenara para kyai dan santrinya mereka anggap para pelaku bid'ah sesat yang berhak masuk neraka. yang lebih menyeramkan lagi, mereka ikat sekuat-kuatnya para robot-robot muda itu untuk tidak terbuka dan bergaul dengan sesama, bergaul hanya pada lingkup mereka saja.

Mereka tidak sadar bahwa apa yang mereka lakukan dan programkan sebenarnya ingin menumbuhkembangan lagi islam jamaa'ah. atau mereka memang sedang menciptakan islam Jamaa'ah gaya baru..?

Inilah realitas yang sering kita saksikan di berbagai sudut-sudut kota. dalam sebuah hadis yang bersumber dari Abdullah bin Amar bin Ash ra. Aku  mendengar Rosulullah bersabda :
إِنَ اللهَ يَقبِضُُ الْعِلمَ ابْتِذَاعاًً يَنتَذِعُهُ مِنَ الْعِبَادِ وََلََكِنْ يَقبِضُ الْعِلمَ بِقَبْدِ الْعُلَمَاءِ حَتَّى إِذَالَمْ يُبقِ عَالِمًا اتَّخَذَالنَّاسُ رُءُوسًا جُهَّالًافََسُءِلُوافَأَفْتَوْابِغَيرِ عِلْمٍ فَضَلُّواوَأَضَلُّوا
"Sesungguhnya Allah tidak akan mencabut ilmu (agama) sekaligus dari para hambanya, tetapi melalui dicabutnmya (diwafatkan) ulama, hingga ketika Allah tidak mneyisakan satu orang ulamapun, saat itu manusia mengangkat orang-orang bodoh sebagai pemimipinm, dan ketika mereka ditanya maka mereka berfatwa tanpa ilmu, hingga mereka sesat (buat dirinya) dan menyesatkan (buat orang lain). (HR.Imam Bukhori dan Imam Muslim)

Dalam hadist yang lain yang sangat populer :

"Akan datang suatu masa pada umatku, mereka lari dari ulama dan ahli fiqih, maka (akhirnya karena kelakuan mereka) Allah menguji  mereka dengan tiga hal :
  • Allah mencabut (menghilangkan) keberkahan dalam usahanya
  • Allah kirim penguasa yang lalim
  • Mereka keluar dari dunia tanpa membawa  iman.
Dalam hadist lain yang bersumber dari Mughirah bin Syu'bah aku mendengar Rosulullah bersabda :
إِنَ اللهَ كَرِهَ ثَلاَثَا قِيلَ وقَلَ وَإِِضَاعَةَ الْمَالِ وََكَثْْرَةَ السُّؤَالِ
"Sungguh Allah membenci kalian atas tiga hal : 1.Perkataan "katanya (asal bicara). 2.Menyia-nyiakan harta dan 3.banyak bertanya.(Hr.Imam Bukhori -Imam Muslim)

Tiga hadist diatas setidaknya memberikan gambaran tentang akar kerancuan kreatifitas da'wah para civitas akademika diatas tadi yang di picu oleh :
  • Tidak adanya pakar (ulama) di lingkuangan mereka
  • Lari dari ulama ahli fiqih alias tidak pernah menggali ilmu agama secara benar melalui mereka
  • Berfatwa sembarangan tanpa dalil atau asal bicara dalam menjawab persoalan agama.
Barangkali  tidak akan menjadi persoalan sendainya saja mereka mau mendengarkan penjelasan ulama yang membimbing mereka. (mengaji) kemudian hasil pengajian tersebut disampaikan lagi  dengan penuh hati-hati yaitu sampaikan seperlunya dan tetap terus bertanya kepada ulama saat menghadapi persoalan yang sulit ditangani jawabanya, jangan menambah-nambah atau berfatwa sembarangan.

Disatu sisi kita bangga dengan ghirah keislaman yang demikian tinggi, disisi  lain cukup mengkhawatirkan dan memperhatinkan ketika mereka berda'wah hanya bermodalkan Al-quran terjemah, syukur kalau sekiranya masih mau mengaji kepada ulama. bahkan ada celoteh dari mereka, "ngapain mondok pasantren lama-lama, cukup sini ngaji dengan saya, sebentaran juga kamu jadi guru ngaji'. Inna lillahi, beginah corak da'wah sekitar kita...? di MUI saja ada komisi fatwa, di NU ada Lajnah Batsul Masail, di Muhammadiyah ada badan Tarjih, di alumni pasantren ada Mudzakaroh dan sederetan lembaga dan perkumpulan lain yang semuanya itu khusus menangani pertanyaan dan persoalan.

"Kata santri depok jangan pernah membuat dan menjual tahu, jika anda tidak pernah tahu membuat tahu."

Dalam persoalan Kilafiyyah Fiqhiyyah (perbedaan fiqih) saja ada etikanya, yaitu saat orang lain berbeda dalam acara amaliah ibadahnya. selama dia berpegang teguh kepada tuntutan syiariah, kita wajib menghormati dan penuh toleransi. Mengingat Khilafiyyah Fiqiyyah adalah sebuah realitas umat yang tidak bisa dipersatukan, yaitu masing-masing berpegang kepada ulama Mazhab yang di anutnya.
Cuma yang menjadi persoalan itu adalah ketika orang asal beda, yaitu perbedaan yang dilahirkan atas kemauan fatwa sendiri yang hanya bermodalkan Al-qur'an terjemah dengan tidak mengkaji kepada ulama apalagi mau menengok kitab-kitab lain untuk melihat pendapat ulama madzhab yang memang sudah ahli di bidangnya dengan berbagai perangkat dalil mulai dari bahasa, tata bahasa (Nahwu,shorof,balaghoh), kaidah usul fiqih, kaidah fiqiyyah, muhtahalul hadist, ulumul Qur'an dll.
Saudaraku
Alangkah naifnya sudah tidak punya perangkat untuk memahami isi kandungan Al-qur'an, serta merta mereka berda'wah hanya bermodalkan Al-qur'an terjemah dengan tidak melalui proses mengaji kepada seorang ulama. Nah, da'i karbitan mungkin julukan yang tepat buat mereka ini yang tidak henti-hentinya memecah belah umat islam.
Terhindar dari sifat egoistis
Pepatah "Di atas langit ada langit" atau celoteh budaya Hamka "Orang pintar itu sebenarnya kata si anu" setidaknya menjadi motifator untuk sang murid bersikap tawadhu. Sebab apapun yang dihasilkan itu wasilahnya adalah guru, walaupun bisa terjadi sang murid satu ketika lebih mumpuni, sebab ilmu di pacu oleh faktor siapa yang lebih banyak baca dan menerima informasi.
Seperti Nabi Musa as yang kontak merendah saat bertemu Nabi Khidir as, setelah mendapat pelajaran tentang sesuatu yang tidak sanggup dicernanya. (baca surat Al-Kahfi ayat 65:82)
Futuhat (terbukanya cakrawala pemikiran & pemahaman) Dipercaya atau tidak, inilah realita spiritual yang sering di alami oleh santri yang jelas silsilah keguruanya. "Setidaknya sebagai bukti dari kandungan hadist Nabi Saw : "Barang siapa yang mengamalkan sesuatu yang ia ketahui maka Allah akan mengajarkan ilmu yang belum pernah ia pelajari."
Dari mana titik singgung Futuhat dengan hadist ini ? dari hadist tadi terungkap kalimat "Mengamalkan apa yang ia ketahui" tentu melalui mediasi belajar yang di bimbing sang guru yang jelas kapasitasnya baik sanad maupun keilmuan. Sebab tidak mungkin Nabi menjamin bahwa Allah Swt. akan memberikan ilmu tambahan baginya, jika yang belajar ternyata mengambil ilmu sendiri tanpa pernah di bimbing sang guru tersebut.

Wallahu A'lam bis showab, dan semoga kita masih dalam kerangka cinta kepada ulama dan Allah jauhkan diri kita dari langkah-langkah syetan. Amin

(Sumber: Muhammad Yusuf Hidayat. KH.Ma'mur Murod)
Share:

Kamis, 23 Juli 2015

Hakikat Ibadah

Sebagaimana kita ketahui bahwa pemahaman keagamaan dari kalangan Wahabi-Salafi-Kaum khawarij Modern berbeda dengan mayoritas kaum muslimin. Hal ini Nampak misalnya dalam memandang hukum bertawassul dan ber-istighatsa, bahkan mereka tidak segan-segan menganggap musyrik terhadap bacaan-bacaan shalawat dan doa yang telah menjadi tradisi Ahlus Sunnah Wal Jama'ah sejak masa salafus shaleh hingga dewasa kini.

Hakikat Ibadah
Secara etimologis (bahasa) para ulama mengartikan Ibadah dengan Makna ketundukan yang lahir dari puncak kekhusyuan, kerendahan diri dari kepatuhan kepada Allah Swt. Al Imam Abu Ishak Ibrahim bin Al-Sari al-Zajjaj (241-311 H/855-924 M) mengatakan :
العبادة فى فى لغة العربالطاعةمع الخضوع
"Ibadah dalam bahasa arab adalah ketundukan yang disertai kerendahan diri kepada Allah."

Al-Imam Abu Al-Qasim al-Husain bin Muhammad bin Mufaddhal yang dikenal dengan al-Raghib al-Ashfihani (w.502 H/1108 M) juga seorang pakar bahasa dan tafsir berkata dalam kitab Mu'jam Mufroodat Alfazh Al-Qur'an :
العبادغايةالتذلل
"Ibadah adalah puncak dari kepatuhan dan keendahan diri kepada Allah"

Al-Imam Al-hafizh Taqiyyudin al-Subki (683-756 H/1240-1355 M) Seorang pakar Fiqih, bahasa dan tafsir ketika menafsirkan ayat :
اِيَّاكَ نَعْبُُدُ
"Hanya engkaulah yang kami sembah" (Qs.Al-Fatiha :5) Berkata :
اي نخصك يالعبادةهى أقصى غايةاالخشوع والخضوع
"Yakni, Kepada-Mulah kami khususkan beribadah yang merupakan puncak dari rasa kekhusuan dan kerendahan"

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa ibadah merupakan ketundukan, kepatuhan, puncak dari penghambaan diri dan kerendahan diri kepada Allah Swt. Ibadah dalam pengertian ini, tentu hanya diberikan kepada Allah Swt. tidak kepada yang lainya. disamping itu kita pun harus memahami tentang al-Khalik dan al-Makhluk, serta sederhana dapat ditegaskan bahwa al-Khaliq adalah Zat penentu segalanya, yang mendatangkan manfaat dan mudharat dan segala sesuatu yang terjadi di dunia ini. ini adalah posisi Al-Khaliq yang tidak dimiliki Al-Makhluk. sedangkan makhluk hanyalah merupakan hamba yang sama sekali tidak memiliki kemaampuan untuk mendatangkan manfaat, bahaya, kematian, kehidupan dan lain sebagainya. Al-Qur'an menegaskan :
قُُلْ لَّآاَمْْلِكُ لِنَفْْسِيْ نََفْْعًا وََّلَاضَرًّا الَّامَاشَاءََاللهُُ وَلَوكُنْتُ اَعْلَمُ الْغَيبَ لَاسْتَكْشَرْتُ مِنَ الْخََيرِومَا مَسَّنِيَّ السُُّوءُاِنْ اَنَاْ اِلََّانَذِيرٌوََّبَشِّيرٌلِّقَومٍ يُّؤمِ مِنُونَ
"Katakanlah: (Muhammad) "Aku tidak berkuasa menarik kemanfaatan bagi diriku dan tidak (pula) menolak kemudharatan kecuali dikehendaki Allah. dan sekiranya aku mengetahui yang ghaib, niscaya aku membuat kebajikan sebanyak-banyaknya dan aku tidak akan di timpa kemudharatan. aku tidak lain hanyalah pemberi peringatan, dan pembawa berita gembira bagi orang-orang yang beriman" (Qs. Al-A'raf : 188)

Kesadaran akan posisi Al-Khaliq dan Al-Makhluk ini pada akhirnya menjadikan kita dapat menilai dangan pasti apakah praktek amaliah keseharian kita termasuk dalam katagori syirik atau tidak...? Ketika sesorang mencampur adukan posisi Al-Khaliq dengan Makhluk, misalnya dengan meyakini bahwa sebagian makhluk memiliki kemampuan untuk mendatangkan mudharat dan manfaat tanpa dengan izin Allah dan kehendak Allah, maka dapat dipastikan bahwa yang bersangkutan telah melakukan perbuatan syirik yang nyata. Wallahu A'lam

(Sumber : Muhammad Yusuf Hidayat-KH. Ma'mur Murod)
Share:

Minggu, 19 Juli 2015

Tingkatan Manusia Dalam Beragama

Ketahuilah, bahwa sesungguhnya seorang hamba Allah dalam tingkatan beragamanya itu dapat digolongkan menjadi tiga (3) tingkatan : diantaranya yaitu :
  • Golongan Salimun (yang selamat), yaitu: orang-orang yang mengerjakan perkara-perkara yang fardhu saja dan meninggalkan perkara-perkara yang dilarang.
  • Golongan Raabihun (yanga beruntung), yaitu, orang-orang yang taat mengerjakan amalan-amalan fardhu, meninggalkan yang dilarang serta mengerjakan amalan-amalan sunah.
  • Golongan Khasirun (yang merugi), yaitu, orang-orang yang mengabaikan terhadap kewajiban-kewajiban agamanya.
Maka apabila tidak bisa menjadi golongan orang-orang yang beruntung, berusahalah dengan sungguh-sungguh untuk menjadi golongan orang-orang yang selamat, kemudian berhati-hatilah jangan sampai terjerumus kedalam golongan orang-orang yang merugi dan celaka.

Dan selanjutnya berhubungan dengan pergaulan sesama manusia (manusia dengan manusia), mereka itu dapat di bagi atau di katagorikan menjadi tiga macam : antara lain...!
  • Orang perilakunya seperti para malaikat mulia (Al-Kirom), yaitu orang yang banyak berbuat untuk kepentingan orang lain, membantu dan menolong kesusahan orang lain. kedudukan orang macam ini sangat mulia, karena amalnya didasari keikhlasan dan jasanya sudah banyak.
  • Orang yang perilakunya seperti binatang (Al-Bahaim) atau seperti batu, mereka ini tidak menguntungkan tidak pula menghasilkan kebaikan terhadap sesama manusia dan apalagi untuk dirinya sendiri. tetapi manusia yang masuk dalam katagori ini juga tidak mengerjakan keburukan.
  • Orang yang perilakunya seperti kalajengking (Al-Aqorib), yaitu orang yang kelakuanya sama dengan binatang berbisa atau binatang buas, mereka ini tidak bisa di harapkan kebaikanya bahkan selalu di khawatirkan dan di takutkan akan menimbulkan kejahatan. 
Jika manusia tidak bisa menempati tingkat/derajat golongan Al-Kirom (golongan mulia), setidaknya berhati-hatilah terhadap golongan yang kedua ini (Al-Bahaim), yaitu bisa di bilang golongan yang apatis, mereka ini seperti makhluk yang tidak bernyawa dalam arti kata jasad tanpa ruh. Dan semoga kita juga dapat mencegah jangan sampai masuk kedalam katagori yang ketiga, yaitu golongan (Al-Aqorib) kalajengking ular dan binatang buas yang sering menimbulkan bahaya dan mencelakakan orang lain.

Pun jua jika manusia merasa puas dan suka tidak menjadi golongan A'la 'illiyin (yang luhur dan terhormat), maka jagalah dari golongan yang ke tiga asfala-safilin (yang paling rendah derajatnya), Dan mengenai golongan yang kedua, mungkin manusia lebih merasa aman dan selamat, tidak beruntung dan tidak pula merugi, akan tetapi hendaklah manusia itu berusaha hari demi hari jangan sampai terpengaruh apa-apa kecuali untuk mengerjakan hal-hal yang dapat mendatangkan kemanfaatan untuk akherat atau untuk penghidupan duniawi. Dengan bekal penghidupan dunia itu selalu memohon kapada Allah agar dapat cenderung kepada kepentingan akherat.

Apabila manusia merasa lemah (tidak mampu) menjaga agama, disebabkan karena pengaruh pergaulan manusia, maka sebaiknya melakukan Uzlah (mengasingkan diri dari makhluk, menyendiri, atau bisa juga disebut khalwat). karena dengan Uzlah dan bersunyi-sunyi itu lebih baik dan akan membawa keselamatan serta ketenangan.

Dan jikalau, seandainya dalam melakukan Uzlah (mengasingkan diri) itu merasa was-was maka syetan membujuk dan membisiki mengajak kepada kesesatan dan mengajak kepada perbuatan yang tidak di ridhoi Allah Swt. seperti apa yang disebutkan dalam Al-qur'an :
وَلَقَدْ أَضَلَّ مِنْكُمْ جِبِلاَ كشِيرًا أَفَلَمْ تَكُونُ تَعْقِلُونَ
 "Sungguh setan telah menyesatkan sebagian besar di antara kalian. maka apakah kalian tidak memikirkan" (Qs.Yasin [36] : 62)

dan manusia itu sendiri pun tidak mampu untuk menahan serangan (godaan) syetan maka segeralah mengerjakan ibadah, dziqir dan memohon perlindungan kepada Allah seperti apa yang pernah disabdakan kepada Kanjeng Nabi Muhammad Saw dalam sebuah hadist :"Barangsiapa yang memohon perlindungan kepada Allah sekali, niscaya Allah akan melindunginya pada hari itu". serta senantiasa memantau keadaan diri, seperti yang di firmankan Allah Swt dalam sebuah hadist Qudsi :

Artinya : "Wahai hamba-hamba-Ku,setan itu sangat jauh dari-Ku, sedang kamu sangat dekat dari-Ku. Perbaikilah adab untuk senantiasa mengawasi dan memantau keadaanmu sehingga setan tidak dapat mencapai dirimu dengan cara dan jalan apa pun".

atau mungkin lebih baik tidur saja, akan tetapi tidak akan memperoleh apa-apa juga tidak menghasilkan apa-apa, tetapi selamat. dengan tidur berarti telah mengosongkan jiwa sehingga dapat di ibaratkan seperti batu yang diam tak bernyawa (tidak bergerak). Wallahu A'lam.

Semoga kita semua wabil khusus yang membaca artikel ini mendapat perlindungan Allah Swt, dari godaan dan tipu daya setan laknatullah.

(Sumber:Bidayatul Hidayah hal: 59-61)
Share:

Jumat, 17 Juli 2015

Cinta Kepada Ahlul Bait






 

قُلْ لآأَسْأَلُكُمْ علَيهِ أَجْرًاإِلَّاالْمَوَدَّةَ فِى الْقُرْبَى
Berangkat dari Firman Allah SWT, "Katakanlah (ya Muhammad kepada mereka), aku tidak meminta kepadamu suatu upah atas seruanku, kecuali kasih sayang dalam kekeluargaan." (QS.as-Syura : 23)

Memuliakan dan mencintai dzurriyah Rosulullah Saw, Ahlul Bait atau keluarganya itu sangat di muliakan oleh Allah dengan menghilangkan dosa-dosa mereka sehingga tetap terpelihara kesucianya. Hal ini diebutkan dalam Al-qur'an :

إِنَّمَا يُرِيدُاللهَ لِيُذْهِبَ عَنْكُمُ الرِّجْسَ أَهْلَ الْبَيْتِ وَيُطَهِّرَكُمْ تَطْهِيرًا
"Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hal Ahlul Bait, dan membersihkan sebersih-bersihnya." (QS. Al-ahzab [33] : 33)

Dalam hadist yang di keluarkan oleh Sa'id bin Jubair ra.yang dimaksud keluarga (al-qurba) dalam ayat ini adalah keluarga Rosulullah Saw. Ibnu Mundzir dan Ibnu Abi Hatim mengeluarkan sebuah hadist, juga Ibnu Mardiwaih dalam penafsiranya dan at-Tabrani dalam al-Mu'jam al-Kabir yang bersumber dari Ibnu Abas ra. dalam penafsiranya, ketika ayat ini turun (QS. sa-Syura : 23) para sahabat bertanya, "Ya Rosulullah, siapa kerabatmu yang wajib di cintai ?, Nabi Saw menjawab, Ali-Fatimah dan kedua putranya."

Imam Muslim Imam Turmudzi dan Imam Nasai mengeluarkan hadist yang bersumber dari Zaid bin Arqam ra, "Sesungguhnya Rosulullah berkata, "Aku ingatkan kepada Allah pada Ahli Bait-Ku (keluargaku)." dari berbagai muqodimah kitab ketika para penyusun kitab bersalawat kepada Nabi dan keluarganya, mereka memberikan penafsiran atau di tafsirkan oleh ulama lain (pensyarah kitab) bahwa pengertian alihi (keluarganya) adalah mereka yanga bergaris nasab Bani Hasyim dan Bani Muthalib. dengan demikian siapapun yang mempunyai silsilah kelahiran hingga ke Bani Hasyim dan Bani Muthalib mereka itulah yang secara istilah syiar'inya layak disebut Ahlul Bait.

Pertanyaanya Mengapa kita harus mencintai Ahlul Bait ? bukankah Nabi Saw.menegaskan, bahwa tidak ada kelebihan antara orang Arab dan orang non Arab melainkan Taqwanya..?Pertanyaan dan Pernyataan inilah yang sering timbul di masyarakat.

Jawaban singkatnya tentang mengapa kita mesti mencintai Ahlul Bait, ya tentu karena perintah Allah dalam ayat Al-qur'an tadi (QS. as-Syura : ayat 23). disamping beberapa keterangan hadist di bawah ini.

Ibnu Abas ra meriwayatkan bahwasanya Nabi Saw bersabda :

أَحِبُّوااللهَ لِمَا يَغْدُوْكُمْ بِهِ وَأَحِبُّوْنِى بِحُبِّ اللهِ وَأَحِبُّوأَهْلَ بَيْتِى بِحُبِّىْ
"Cintailah Allah atas nikmat yang telah dilimpahkan-Nya kepada kalian, cintailah aku berdasarkan kecintaan kepada Allah, dan cintailah Ahlul Baitku berdasarkan kecintaan kepadaku."
Pada riwayat lain, Rosulullah bersabda : "Cintailah Allah lantaran nikmat yang telah dilimpakan-Nya kepada kalian, cintailah aku lantaran Allah mencintaiku, dan cintailah Ahlul Bait(keluarga)ku lantaran cintaku kepada mereka.

Ibnu Mas'ud meriwayatkan bahwasanya Rosulullah bersabda :

حُبُّ اَلِ مُحَمَّدٌ يَوْمًا خَيْرٌ مِنْ عِبَا دَةِ سَنَةٍ
"Mencintai keluarga Nabi Muhammad Saw, satu hari itu lebih baik dari pada ibadah satu tahun."

Abu Hurairah meriwayatkan bahwasanya Rosulullah telah menegaskan dengan sabdanya:

خَيْرُ كُمْ خَيْرُ كُمْ لإَِ هْلِى مِنْ بَعْدِى
".Yang terbaik diantara kalian ialah orang yang terbaik sikapnya terhadap Ahlul Bait(keluargaku) sepeniggalku."

Imam Ahmad bin Hanbal mengetengahkan sebuah hadist marfu' bahwasanya Rosulullah bersabda :

مَنْ أَبْغَضَ أَهْلَ الْبَيْتِ فَهُوَ مُنَافِقٌ
"Barang siapa membenci Ahlul Bait, dia adalah munafik."

Beliau pun bersabda :
حُرِّمَتِ الْجَنَّةُ عَلىَ مَنْ ظَلَمَ أَهْلَ بَيْتىِْ وَاذَانِى فِ عِتْرَ نِىْ
".Syurga diharamkan bagi orang yang berbuat aniaya (zalim) terhadap Ahlul Baitku dan mengganggu ku lewat keturunan-ku."

Al-Mala dalam kitabnya As-Sirah mengemukakan sebuah hadist Nabi Saw, bahwasanya Rosulullah bersabda :

اِسْتَوصُوْابِأَهْلِ بَيْتِىْ خَيْرًا فَإِنّىِ أُخَاصِمُكُمْ عَنْهُمْ غَدًا وَمَنْ أَكُنْ خَصْمُهُ أَخْصَمَهُ اللهُ وَمَنْ أَخْصَمَهُ اللهُ أَدْخَلَهُ النَّارَ
".Wasiatkanlah kebaikan bagi Ahlul Baitku, karena sesungguhnya aku pada hari esok (kiamat) akan menggugat kalian mengenai Ahlul Baitku, Barang siapa yang menghadapi gugatanku, ia akan di gugat oleh Allah, dan barang siapa yang di gugat oleh Allah, ia akan dimasukan kedalam neraka."

Abu Sa'id Khudri ra, meriwayatkan bahwa sesungguhnya Rosulullah bersabda :

لآيَبْغَضُنَا أَهْلَ الْبَيْتِ أَحَدٌ إِلَّااَدْخَلَهُ
".Tidak lah seseorang membenci kami, Ahlul Bait, melainkan dirinya dimasukan (Allah swt) kedalam neraka."

Ath-Thabrani dalam kitab Al-Ausath-nya mengetengahkan hadist dari Jabir bin Abdullah ra, bahwa ia mendengar Rosulullah berqotbah, isi qotbah beliau adalah :

أَيُّهَاالنَّاسُ, مَنْ أَبْغَضَنَا أَهْلَ الْبَيْتِ حَثَرَهُ اللهُ يَوْمَ الْقِيََامَةِ يَهُودِيًا
".Hai sekalian manusia ! barang siapa membenci kami, Ahlul Bait kami, pada hari kiamat (kelak), ia akan digiring sebagai orang yahudi."

Imam Az-Zamaksyari dalam kitab tafsirny Al-Kasyaf mengetengahkan sebuah hadist panjang, yang dicantumkan pula oleh Imam Fakhrudin Ar-Razi dalam kitab tafsirnya Mafatih Al-Ghaib At Tafsir Al-Kabir sehubungan dengan tafsir ayat Al-Mawaddah. Rosulullah Saw bersabda :

مَنْ مَاتَ عَلَى حُبِّ اَلِى مُحَمَّدٌ شَهِيدًا, أَلَاوَمَنْ مَاتَ عَلَى حُبِّ اَلِ مُحَمَّدٍمَاتَ مَغْفُوْرًالَهُ, أَلَاوَمَنْ مَاتَ عَلَى حُبِّ اَلِ مُحَمَّدٍ مَاتَ تَاءِبًا. أَلَاوَمَنْ مَاتَ عَلَى حُبِّ اَلِ مُحَمَّدٍ مَاتَ مُوءْمِنًا مُسْتَكْمِلَ الإِْيْمَانِ,أَلَاوَمَنْ مَاتَ عَلَى حُبِّ اَلِ مُحَمَّدٍ بَسَّرَهُ مَلَكُ الْمَوتِ بِاالْجَنَّةِ ثُمَّ مُنْكَرٍ وَنَكِيْرٍ, أَلَاوَمَنْ مَاتَ اَلَى حُبِّ اَلِ مُحَمَّدٍ مَاتَ اَلَى السُّنَّةِ وَالْجَمَاعَةِ أَلَاوَمَنْ مَاتَ اَلَى حُبِّ اَلِ مُحَمَّدٍ فُتِحَ لَهُ فِى قَبْرِهِ بَابًا إِلَى الْجَنَّةِ. أَلَاوَمَنْ مَاتَ اَلَى بُعْضِ أَلِ مُحَمَّدٍ جَاءَيَومَ الْقِيَمَةِمَكْتُوبًا بَيْنَ عَيْنَيْهِ اَيِسٌ رَحْمَةِاللهِ. أَلَاوَمَنْ مَاتَ لَى بُعْضِ أَلِ مُحَمَّدٍ مَاتَ كَافِرً. أَلَاوَمَنْ مَاتَ لَىَ بُعْضِ أَلِ مُحَمَّدٍلَمْ يَشُمَّ رَءِحَةِ الْجَنَّةِ
". Barangsiapa yang meninggal dalam keadaan mencintai keluarga Muhammad Saw, ia meninggal sebagai syahid. ketahuilah  Barangsiapa yang meninggal dalam keadaan mencintai keluarga Muhammad Saw ia memperoleh ampunan atas dosanya. ketahuilah barangsiapa yang meninggal dalam keadaan mencintai keluarga Muhammad Saw, ia meninggal dalam keadaan diterima tobatnya, ketahuilah barangsiapa yang meninggal dalam keadaan mencintai keluarga Muhammad Saw, ia meninggal sebagai orang beriman yang sempurna imanya. ketahuilah barangsiapa yang meninggal dalam keadaan mencintai keluarga Muhammad Rosulullah Saw, iadiberi kabar gembira oleh malaikat-malaikat akan masuk syurga, kemudian diberi tahu pula oleh dua malaikat munkar dan nakir. ketahuilah barangsiapa yang meninggal dalam keadaan mencintai keluarga Muhammad Rosulullah Saw, ia akan di arak masuk syurga seperti pengantin perempuan yang di arak menuju rumah suaminya. ketahuilah barangsiapa yang meninggal dalam keadaan mencintai keluarga Muhammad Rosulullah Saw, ia meninggal dalam lingkungan ahlus sunnah wal jamaah. ketahuilah barangsiapa yang meninggal dalam keadaan mencintai keluarga Muhammad Rosulullah Saw, di dalam kuburnya ia akan di bukakan dua pintu menuju syurga. ketahuilah barangsiapa yang meninggal dalam keadaan membenci keluarga Muhammad Rosulullah Saw, pada hari kiamat kelak, ia akan di bangkitkan dalam keadaan tertulis dikeningnya,"orang yang putus asa dari rahmat Allah. ketahuilah barangsiapa yang meninggal dalam keadaan membenci keluarga Muhammad Rosulullah Saw, ia meninggal dalam keadaan kafir. ketahuilah barangsiapa yang meninggal dalam keadaan membenci keluarga Muhammad Rosulullah Saw, ia (sedikitpun) tidak akan mencium wewangian syurga."

Rosulullah pun bersabda :

أَرْبَعَةٌ أَنَالَهُم شَفِيعُ يَوْمَ القِيَمَةِ : اَلْمُكْرِمُ لِذُ رِّيَّتِيْ وَالْقَضِى لَهُمْ حَوَءِجَهُمْ وَالسَّاعِى لَهُمْ فِى أُمُورِهِمْ عِنْدَ مَااضْطَرُّوا إِلَيهِ لَهُمْ بِقَلْبِهِ وَلِسَانِهِ
".Empat golongan yang aku akan memberi syafaat kepada mereka pada hari kiamat, yaitu :
  • orang yang menghormati keturunanku;
  • orang yang memenuhi kebutuhan mereka;
  • orang berusaha membantu urusan mereka disaat mereka memerlukanya;
  • dan orang yang mencintai mereka dengan hati dan lidahnya (ucapanya).
Diriwayatkan oleh Imam Bukhori dari Abdullah bin Umar ra, bahwasanya Sayidina Abu Bakar Ash-Siddiq ra, berkata :
اُرْقُبُوا مُحَمَّدً فِى أَهْلِ بَيتِهِ
".Jagalah (laksanakanlah wasiat) Muhammad Rosulullah Saw mengenai Ahlul Baitnya."

Begitu juga diriwayatkan oleh Imam Bukhori bahwa Sayidina Abu Bakar Ash-Siddiq ra, berkata :

وَالَّذِى نَفْسِىْ بِيَدهِ لَقَرَبَةُ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّم أَحَبَّ إِلَيَّ أَنْ أَصِلَ مِنْ قَرَبَةِ
".Demi Allah yang menguasai nyawaku, sungguh kerabat Rosulullah Saw lebih aku cintai untuk kuperlakukan dengan baik dari pada kerabatku sendiri."

Ad-Dailami mengetengahkan sebuah riwayat bahwasanya Nabi Saw bersabda :

مَنْ أَرَادَ التَّوَسُّلَ وَأَنْ يَكُونَ لَهُ عِندِىْ يَدٌ أَشْفَعُ لَهُ بِهَا يَومِ الْقِيَمَةِ فَلْيَصِلْ أَهْلَ بَيتِىْ وَيُدْخِلَ السٌّرُوْرَ عَلَيهِمْ
"Barangsiapa yang hendak berwasilah (tawasul) dan ingin memperoleh syafaat dari ku pada hari kiamat (kelak), hendaknya ia menjaga hubungan (silaturahmi) dengan Ahlul-Baitku dan melakukan perbuatan yang menggembirakan mereka."

Begitu jua Ad-Dailami meriwayatkan sebuah hadist yang bersumber dari Sayidina Ali bin Abi Thalib ra, bahwa sesungguhnya Rosulullah Saw bersabda :

أَشْبَتُكُمْ عَلَى الصِّرَاطِ أَشََدُّ كُمْ حُبًّا لِإَهْلِ بَيتِىْ وَأَصْحَا بِىْ
"Orang yang paling teguh berjalan di atas shiroth di antara kalian ialah yang paling besar kecintaan kepada Ahlul-Baitku dan para sahabatku."

Ath-Thabrani di dalam kitab Al-Ausath-nya menyebutkan bahwa Abdullah bin Umar bin Al-Khatab ra, mengatakan bahwa sesungguhnya Nabi Saw bersabda :

اَلْزِمُوْا مَوَدَّتَنَا أَهْلَ الْبَيتِ فَإِنَّهُ مَن لَقِيَ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ وَهُوَ يَوَدُّنَا دَخَلَ الْجَنَّةَ بِشَفَاعَتِنَا وَالَّذِيْ نَفْسِىْ بِيَدِهِ لَايَنْفَعُ عَبْدًا عَمَلُهُ إِلَّا بِمَعْرِفَةِ حَقِّنَا
".Hendaklah kalian tetap memelihara kasih sayang terhadap kami, Ahlul-Bait, karena sesungguhnya siapa yang bertemu dengan Allah Azza wa Jalla (pada hari kiamat kelak) dalam keadaan mencintai kami, ia akan masuk syurga sengan syafaat kami
. Demi Allah yang menguasai nyawaku, amal seseorang hamba Allah tidak akan bermanfaat baginya, kecuali dengan mengenal hak-hak kami."

Rosulullah Saw pun bersabda :

اَلنُّجُومُ أَمَا نٌ لِأَهْلِ السَّمَاءِوَأَهْلُ الْبَيتِيْ مَانٌ لِأُمَّتِيْ. وَفِى رِوَايَةٍ : أَمَانٌ لِأَهْل لْأَرْضِ فَإِذَا هَلَكَ أَهْلُ بَيتِىْ جَاءَأَهْلُ اْلأَرْضِ مِنْ اْلْاَيَاتِ كَانُوْا يُوعَدُونَ
 ".Bintang-bintang adalah keselamatan bagi penghuni langit, sedangkan Ahlul-Baitku adalah keselamatan bagi umatku. (dalam riwayat lain),"....keselamatan bagi penghuni bumi.") Apabila Ahlul Baitku lenyap, apa yang di janjikan dalam ayat-ayat Al-qur'an akan tiba (yaitu bencana)." (riwayat jama'ah)

Rosulullah Saw pun berpesan : (HR.Dailami)
".Didiklah anak-anak kalian mengenai tiga perkara :

أَدِّبُوْاأٌوْلآدَكُمْ عَلَى ثَلَا ثِ خِصَالٍ: حُبُّ نَبِيُّكُمْ وَحُبِّ أَهْلِ بَيتِهِ وَقِرَاءَةِالْقُرْاَن.
  • Mencintai Nabi kalian;
  • Mencintai Ahlul-Bait;
  • dan Membaca Al-Qur'an;
Allah Azza wa Jalla berfirman :

وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَالرَّسُولَ فَأُوْلَءِكَ مَعَ الَّذِيْنَ أَنْعَمَ اللهُ عَلَيْهِمْ مِنَ النَّبِيِّيْنٌ وَالصِّدِ يْقيْنَ وَالشُّهَدَاءِ وَالصَّالِحِيْنَ أُولَءِكَ رَفِيْقًا ذَالِكَ الْفَضْلُ مِنَ اللهِ وَكَفَى بِاللهِ عَلِيمًا
".Dan barangsiapa yang mentaati Allah dan Rosul-Nya, mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang di anugerahi nikmat oleh Allah, yaitu Nabi-Nabi, para Shidiqin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh. dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya, yang demikian itu adalah karunia dari Allah, dan Allah cukup mengetahui," (QS. Al-Imran [3] : 60-70).

Allah berfirman :
وَأَطِيْعُوْااللهَ وَالرَّسُولَ لَعَلَّكُم تُرْ حَمُونَ
".Dan taatilah Allah dan Rosul, supaya kamu diberi rahmat."(QS. Al-Imran [3] : 132)

Juga Allah berfirman :

قُلْ إِنْكُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللهَ فَا تَّبِعُوْنِىْ يُحْبِبْكُمُ اللهُُ وَيَغْفِرْلَكُمْ وَاللهُ غَفُورٌ رَحِيْمٌ
".Katakanlah(wahai Muhammad)," jika kamu benar-banar mencintai Allah, ikutilah aku niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu, Allah Maha pengampun lagi Maha penyayang." (QS.Al-Imran [3] : 31)

Terhadap Ahlul-Bait Rosulullah Saw, kita juga wajib mengakui keutamaan martabat serta kelebihan-kelebihanya yang telah dilimpahkan Allah Azza wa Jalla kepada mereka, sebagai anugerah istimewa (khushusiyah) karena hubungan kekeluaragaan mereka dengan junjungan kita. Nabi Muhammd Saw. mereka adalah orang-orang safwah (suci), bagaimana tidak ? Allah Swt sendiri yang berkehendak menyucikanya langsung, sebagaimana di firmankan-Nya dalam kitab suci Al-qur'an :

إِنَّمَا يُرِيدُ اللهُ لِيُذْ هِبَ عَنْكُمُ الرِّجْسَ أَهْلَ الْبَيتِ وَيُطَهِّرَكُمْ تَطْهِيرًا
"Sesungguhnya Allah hendak menghapuskan noda dan kotoran kalian (hai) Ahlul Bait, dan menyuciakan kalian sesuci-sucinya."

Sedemikian banyak hadist-hadist Rosulullah Saw yang diriwayatkan oleh para sahabatnya bahwa mencintai Rosulullah Saw dan Ahlul-Bait-nya merupakan bagian dari agama islam yang wajib dituanaikan oleh setiap muslim yang mendambakan keridhaan Allah Azza wa Jalla. hal ini karena keridhaan Allah dan Rosul-Nya merupakan kesatuan yang tak terpisahkan.

Wallahu A'lam
Share:

Kamis, 16 Juli 2015

Wejangan Iblis Kepada Firaun

Soal nasehat engga bener Iblis jagonya. bukankah Moyang Manusia, Adam as dan istrinya diturunkan dari syurga lantaran nasehat gombal sang iblis yang merayunya untuk makan buah khuldi agar bisa kekal tinggal di dalam syurga ?

Tak terkecuali Fir'aun musuh bebuyutan kanjeng Nabi Musa as. akan tetapi saat ini nasehatnya lumayan bagus , dan taukah anda ?

Suatu ketika iblis datang bertamu ke istana Fir'aun, "Tok !, tok  ! tok !,"pintu pun diketuk "Siapa diluar  !," tegas Fir'aun. "kalau kau memang tuhan, pasti kau tau siapa aku,"sambut si iblis.

Mengasyikan memang celoteh iblis ini, mungkin dia pun keki kepada Fir'aun gara-gara mengklaim dirinya sebagai tuhan dihadapan rakyat mesir, sebagaimana diceritakan dalam Al-Qur'an tentang klaim si raja mesir ini,

"Aku adalah tuhanmu yang paling tinggi  !," (QS. an-Nazi'at :24)

Bukankah sifat tuhan itu Maha melihat ?. Ironis seorang yang mengaku sebagai tuhan, sesuatu yang ada di balik pintu saja tidak tau. mungkin saat itu sang iblis bergumam, "Sebejat-bejatnya aku tidak pernah mengaku tuhan,dan kau, baru menjadi penguasa mesir saja sudah berani mengaku sebagai tuhan."

Konyolnya lagi, si Fir'aun ini pun mengklaim bisa menghidupkan dan mematikan orang sabagai penjelmaan dirinya menjadi tuhan, yaitu saat dikejar mimpi buruknya bahwa nanti ada seseorang yang akan menghancurkan diri dan kerajaanya. kemudian lewat wangsitnya itu, bergegaslah ia mengumpulkan seluruh bala tentaranya dan memerintahkan untuk membunuh seluruh bayi laki-laki yang ada saat itu dan membiarkan hidup bayi perempuan.

Baiklah kita tinggalkan sejenak wacana theologi konyol si Fir'aun dan kita lanjutkan dengan nasehat iblis berikutnya.

Hai Fir'aun taukah kau,siapa manusia yang lebih buruk dari kamu ?," tanya iblis. Fir'aun pun menggelengkan kepalanya tanda tidak tau. Manusia yang paling buruk dari sampean adalah si pendengki (hasud),"jawab iblis sendiri. 

Selesai sudah sang iblis la'natullah berwejangan di hadapan Fir'aun.(Lihat, kitab Qami at-Thugyan,Syeikh Nawawi al-bantani)

Dan taukah anda ciri sifat hasud yang paling ringan ? Senang Melihat Orang Susah dan Susah Melihat Orang Senang.

Sumber : Qami-at-Thugyan, oleh Syeikh Nawawi al-bantani (Muhammad Yusuf Hidayat)
Share:

Kisah Imam Abu Hanifah Junior dan Kaum Atheis

Piawai dalam menjawab problematika filsafat, mungkin salah satu dari sekian kelebihan Imam Abu Hanifah.dan itu telah diperlihatkan saat beliau masih dalam usia kanak-kanak, saat beliau masih mengaji kepada gurunya yang bernama : Syeikh Hamad.

Suatu ketika Syeikh Hamad diundang berdebat oleh kaum Atheis mengenai existensi Tuhan. kaum Atheis merasa tidak puas dengan berbagai jawaban ulama pada saat itu. maka disepakatilah untuk mengundang beliau melalui sang Khalifah yang berkuasa saat itu.

"Apakah masih ada seorang di antara kalian ?," tantangan kaum atheis kepada para ulama yang telah diajaknya berdebat." masih ada, dialah Syeikh Hamad," kata mereka. coba hadirkan dia kesini  !," tegasnya lagi

Maka diundanglah Syeikh Hamad. dan pada waktunya tiba, Syeikh Hamad terlihat kebingungan. boleh jadi dia bingung karena malam harinya dia bermimpi sebuah rumah besar berhias, didalamnya terdapat pohon yang sedang berbuah, tiba-tiba datanglah seekor babi memakan buah, ranting dan daun pohon itu hingga tak menyisakan sedikitpun kecuali hanya batang pohon saja, tidak lama kemudian datanglah seekor macan dan langsung menerkam babi tersebut.

Imam Abu Hanifah junior yang dari tadi sedang asyik mendengarkan cerita mimpi sang guru itu lantas berkata : "Allah telah memberikan ilmu ta'bir mimpi kepada ku, mimpi ini adalah pertanda baik bagimu dan pertanda buruk buat musuh kita, seandainya tuan guru mengizinkan aku menta'birkan mimpi itu, niscaya aku akan menta'birkanya," dan lantas saja sang guru mempersilahkan muridnya, "Silahkan ta'birkan mimpi itu hai Nu'man (nama asli Abu Hanifah) !,"

Mulailah murid Syeikh Hamad ini menta'birkan mimpi sang guru, dan katanya: "rumah besar yang berhias itu adalah rumah islam, buah yang habis dimakan babi adalah para ulama, batang pohon yang tidak dimakan itu adalah tuan guru, seekor babi yang diterkam macan adalah kaum dahry dan macannya adalah saya sendiri".

Demikianlah tabir mimpi itu dikemukakan. kemudian Imam Abu Hanifah Junior pun mengajak tuan gurunya berangkat memenuhi undangan debat kaum atheis (Dahry) itu dan katanya, Ayo kita berangkat, dengan berkah semangat dan kehadhiratmu biralah aku yang akan menjawab dan mengalahkan kaum atheis itu." Syeikh Hamad pun gembira dengan tingkah muridnya yang satu ini.

Sampailah akhirnya sang murid dan guru itu ke arena debat. keduanya langsung memasuki arena.dan bersamaan itu juga, datanglah sang khalifah mendampinginya. bahkan manusia saat itu pun berkumpul di dekat tempat Syeikh Hamad duduk. dan mulailah perdebatan itu

Kaum atheis  : "Siapa yang menjawab pertanyaanku ini ?
Abu Hanifah  : "Aku
Kaum atheis  : "Hai bocah kecil siapa kau ?, jangankan kamu, mereka yang bersorban besar dan tua-tua saja tidak mampu menghadapi aku,"
Abu Hanifah  : "Allah tidak meletakan kemulian hanya kepada orang-orang yang bersorban besar saja, tetapi Dia juga meletakan kepada ulama macam aku !,
Kaum atheis  : "Apakah kau mampu menjawab pertanyaanku ?,"
Abu Hanifah  : "Bitaufiqillah, aku akan jawab segala pertanyaanmu !,"

Mulailah perdebatan itu berlangsung antara kaum atheis dan Imam Abu Hanifah Junior.

Kaum atheis  : "Apakah Tuhan itu ada ?,"
Abu Hanifah  : "Ada !,"
Kaum atheis  : "Dimana Tuhan itu ?,"
Abu Hanifah  : "Dia tidak bertempat !,"
Kaum atheis  : "Bagaimana sesuatu tidak bertempat ?,"
Abu Hanifah  : "Dalilnya ada di badanmu sendiri !,"
Kaum atheis  : "Apa itu ?!,"
Abu Hanifah  : "Adakah ruh di badanmu ?,"
Kaum atheis  : "Ya, ada,"
Abu Hanifah  : "Di mana ruh yang ada di badanmu itu ?, apakah ada di kepalamu atau di perutmu atau di      kakimu ?,"
Mulailah si atheis ini bingung. dan Abu Hanifah Junior pun melanjutkan tingkahnya dengan membawa segelas susu, selanjutnya ia pun bertanya lagi.
Abu Hanifah  : "Apakah didalam susu ini ada lemak ?,"
Kaum atheis  : "Ya,"
Abu Hanifah  : "Dimana letak lemaknya ? di atas atau di bawah ?,"
Si atheis pun kembali kebingungan. kemudian Abu Hanifah beranalogi
Abu Hanifah  : "Sebagaimana ruh tidak ada tempatnya di badan, pun juga lemak ini di dalam susu, demikian Tuhan pun tidak bertempat di alam semesta ini."
Tidak puas si atheis berdebat sampai disini, ia pun melontarkan pertanyaan lagi kepada Abu Hanifah yang tidak seimbang umurnya ini. 
Kaum atheis  : "Ada apa sebelum Allah dan ada apa sesudahnya?,"
Abu Hanifah  : "Tidak ada sesuatu sebelum dan sesudah-Nya."
Kaum atheis  : "Bagaimana mungkin sesuatu yang ada, tidak ada sesuatu sebelum dan sesudahnya ?,"
Abu Hanifah  : "Dalil itu ada di badanmu juga,"
Kaum atheis  : "Apa itu ?,"
Abu Hanifah  : "Ada apa sebelum jari jempolmu, dan ada apa sesudah jari kelingkingmu ?,"
Kaum atheis  : "Tidak ada apa-apa sebelum jari jempolku dan tidak ada apa-apa sesudah jari kelingkingku."
Rupanya si atheis pun masih belum puas juga ini orang. dan akhirnya ia melontarkan lagi satu pertanyaan terakhirnya.
Kaum atheis  : "Ada satu pertanyaan lagi."
Abu Hanifah  : "Beres, akan aku jawab insya Allah."
Kaum atheis  : "Allah sekarang sedang ngapain ?,"
Abu Hanifah pun tidak langsung menjawab, ia malah menyuruh si atheis ini turun dari mimbar sambil berkata: "Sebaiknya gantian saja, aku di atas mimbar dan sampean di bawah,,, baru  akan aku jawab pertanyaanmu."

Si atheis pun akhirnya turun dari atas mimbar dan naiklah Abu Hanifah Junior ke atas mimbar. setelah murid Syeikh Hamad ini berada di atas mimbar, si atheis bertanya soal pertanyaan yang tadi dia lontarkan dan di jawab dengan lantang oleh Abu Hanifah : "Allah sekarang sedang menjatuhkan orang bathil dari atas ke bawah macam sampean dan sedang menaikan orang benar dari bawah ke atas sepertiku !!".

{Sumber :M.Y.H. Fathul Syarah ad-Durrul Farid hal-7}
Share:

Rabu, 15 Juli 2015

Rosulullah Insan Kamil

.بِسْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم

Rasulullah SAW. adalah seorang manusia tapi tidak seperti manusia pada umumnya. Dia bagaikan Mutiara di tengah bebatuan

Aspek Biologis

Keringat
Dalam hadist yang bersumber dari Anas bin Malik ra:

دَخَلَ علَيْنَاالنَّبِيُّ صَلَّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَلَ عَندَنَا فَعَرِق وَجَاءَتْ اُمِّي بِقَارُورَةٍ فَجَعَلَتْ تسْلِتُ الْعَرَقَ فِيهَافَستَيقظَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَليهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ يَااُمَّ سُليمٍ مَا هَذَاالَّذِي تصنَعِينُُ قَالَتْ هَذَاعَرَقُكَ نَجعَلُهُ فِي طَيبِنَا وَهُوَمِن أطيَبِ الطِّيبِ
"Suatu ketika Nabi masuk kerumah kami kemudian tidur membawa botol kecil, keringat itu kemudian di lap dan diperas lalu dimasukan kedalam botol, Rosul terbangun dan bertanya, hai Ummu Sulaim, apa yang sedang kau lakukan ? Ummu Sulaim menjawab, keringatmu yang akan kami jadikan campuran minyak wangi kami dan dialah minyak yang paling wangi."(Hr.Imam Muslim)

Dalam hadist lain juga bersumber dari Anas Bin Malik ra. dari Ummu Sulaim ra.

اَنَّ النَّبِيَّ صَلَّ اللهُ عَلَيهِ وَسَلِّمَ كَنَاياَتيهَافَيَقِيلُ عِندَهَا فَتَبسُطٌ لَهُ نِطعًا فَيَقِيلُ عَليهِ وَكَانَ كَشِيرَالْعَرَقِ فَكَانَتْ تَجمَعُ عَرَقَهُ فَتَجعَلُهُ فِي الطِّيبِ وَالْقَوَارِيرِفَقَالَ النَّبيِّ صَلَّ اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ يَا أمَّ سُليمٍ مَا هَذَاقَالَتْ عَرَقُكَ أَدُفُ بِهِ طِيبِي
"Sesungguhnya Nabi Saw. pernah mendatanginya, beliau ingin tidur disisinya kemudian Ummu sulaim menggelarkan tikar kulit dan Rosul tidur diatasnya, saat itu Rosul banyak mengeluarkan keringat sementara Ummu sulaim mengumpulkan keringatnya kedalam beberapa botol, Rosul terbangundan berkata, hai Ummu sulaim apa ini ? Ummu sulaim menjawab, ini adalah keringatmu yang aku aduk dalam minyak wangiku." (Hr.riwayat Imam Muslim)
Bagaimana dengan keringat Anda ?

Bayangan 
Hadist yang bersumber dari Dzakqwan ra:

َنَّ رَسُولَ الله صَلّ الله عَليهِ وَسَلمْ لَمْ يَكُنْ لَهُ ظِلٌّ فِي شَمْسِ وَلَا قَمَرَ
"Sesungguhnya Rosulullah Saw. tidak ada bayanganya saat di bawah matahari maupun bulan" (Hr.riwayat Imam Turmudzi)

Menurut Ibnu siba', sebagian keistimewaan Nabi Saw. adalah bayanganya tidak mampu dipermkaan tanah, tetapi cahaya yang terlihat saat beliau dibawah terik matahari atau saat tersinari bulan. 
Bagaimana dengan bayangan anda ? 

Serangga/Lalat
Al-Qodi'Iyad dalam kitab asy-Syifa-nya dan al-Azafi dalam kitab maulid-nya, "Sebagian keistimewaan Nabi Saw. yaitu seekor lalat tidak pernah hinggap di badanya.".Ibnu Siba dalam kitab Khashais-nya, "Lalat tidak pernah hinggap di baju Rosulullah Saw, dan tumila (bangsat) tidak pernah mengganggu beliau Saw." 
Bagaimana dengan badan anda ?

Darah
Hadist yang bersumber dari Abdullah bin Zubair ra :

أَنَهُ أَتَى النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَم وَهُوَيَحتَجمُ فَلَمَّا فَرَغ قَالَ يَاعٌبدَاللهِ ذْهَبْ بِهَذَاالدَامِ فَأَهْرِقْهُ حَيثُ لَايَرَاكَ أَحَدٌفَشَرِبَهُ فَلَمَّارَجَعَ قَالَ يَا عَبدَاللهِ مَاصَنَعْتَ؟ قَالَ: جَعَلْتُهُ فِي أَخْفَى مَكَانٍ عَلِمتُ أَنَهُ مَخفِيٌّ عَنِ النَّاسِ قَالَ لَعَلَّكَ شَرِبْتَهُ ؟ قُلتُ نَعَمْ , قَالَ : وَيلٌ لِلنَاسِ مِنكَ وَوَيلٌ لَكَ مِنَ النَّا , فَكَانُوْا يَرَوْنَ أَنَّ الْقُوَّةَ الَّتِي بِهِ مِنْ ذَلِكَ الدَّمِ

"Sesungguhnya ia pernah mendatangi Rosulullah Saw. untuk membekamnya, setelah usai, beliau berkata, ya Abdullah! bawalah darah ini dan buanglah ditempat yang tidak dilihat oleh seorangpun, tapi yang terjadi malah darah itu diminumnya, dan saat kembali Rosulullah menegurnya, ya Abdullah apa yang telah kau lakukan ? dia menjawab, aku buang ditempat yang paling tersembunyi, Nabi berkata, mungkin kau minum ? benar ! lantas Nabi berkata, celakalah manusia darimu (yang akan berbuat jahat). para sahabat Nabi berpendapat kekuatan Abdullah bin Zubair ra, karena pernah meminum darah Nabi".
Bagaimana dengan darah anda ?
catatan ( Hadist diatas jangan di pahami sebagai dalil seseorang boleh meminum darah, sebab darah apapun haram hukumnya diminum, tapi sebuah kejadian langka yang terjadi pada seorang sahabat yang terlanjur meminum darah Nabi dan sikap Nabi yang kemudian justru mendoakanya. sebab seandainya darah itu di minum di hadapan Nabi, pasti Nabipun melarangnya)

Rambut
Rosulullah pada saat haji wadanya, beliau mencukur kepalanya lantas bicara kepada yang mencukur, "Bagikan rambut-rambut ini", orang itupun membagikan rambutnya diantara para sahabat.(Hr.Imam Bukhori dan Imam Muslim)
kemudian pada saat beliau melaksanakan umroh haji wada'nya, khalid bin walid pun mengambil rambut ubun-ubun Nabi Saw. semata-mata mengambil berkah dan ia letakan didalam pecinya. suatu ketika ia kehilangan rambut Rosulullah dalam peperangannya dan terus mencari hingga ketemu, saat ia berkata, "Didalam peciku ada rambut Rosulullah Saw, dan selama rambut itu bersamaku dalam peperangan, aku selalu mendapat pertolongan".
Bagaimana dengan rambut anda ?

Tidur
Hadist yang bersumber dari Aisyah ra :
يَارَسُول اللهِ قَبلَ أَن تُوتِرَ فَقَلَ يَا عَاءِشَةُ إِنَّ عَينَيَّ تُنَا مَانِ وَلَا يَنَامُ قَلبِي

"ya Rosulullah apakah kau tidur sebelum solat witir ? Wahai Aisyah, sungguh kedua mataku tidur tapi hatiku tidak" (hr Imam Bukhori dan Imam Muslim)

dalam hadist lain yang bersumber dari Anas bin Malik ra :

وَالنَّبِيُ صَلَ اللهُ عَلَيهِ وَ سَلَّم نَا ءِمَةٌ عَينَاهُ ولَ يَنَمُُُ قَلْبُهُ وَكَذَلَكَ الَْأنْبِيَاءُ تَنَامُ أَعْيُنُهُمْ وَل تَنَام
Nabi Saw kedua matanya tidur tapi hatinya tidak.demikian para Nabi walau terlihat mata mereka tidur tapi hatinya tidak".(Hr. Imam Bukhori)
Bagaimana dengan tidur anda ?

Saat Terjaga
Imam Bukhori berkata dalam kitab Tarikh-nya, Ibnu Abi Syaibah dalam mushonaf-nya dan Ibnu Sa'id dari Yazid bin Asham,

مَا تَثَا ءَبَ النَّبِيُّ صلَّ اللهُ عَليهِ وَ سلَّمَ
"Nabi Saw tidak pernah menguap"
Bagaimana dengan anda ?

 Penglihatan
Hadist yang bersumber dari Abu Hurairah ra :
أَنَّ رَسُولَ اللهُ صلَّ اللهُ عَليهِ وَ سلَّمَ قَالَ هَلْ تَرَونَ قِبلَتِي هَا هُنَا فَوَاللهِ مَا يَخْفىَ عَلَيَّ خُثُو عُكُمْ وَلَارُكُو عُكُمْ لَأَ رَاكُمْ مِنْ وَرَءِ ظَهْرِي
"Sesungguh-nya Rosulullah Saw, berkata , Apakah kalian melihat kiblatku dari sini ? maka demi Allah! sunguh sujud dan ruku kalian' benar-benar nampak (terlihat) bagiku, sesungguhnya aku melihat kalian dari belakang punggungku". (Hr. Imam Bukhori-Muslim)

Dalam hadist lain yang bersumber dari Anas bin Malik ra :

أَنَّ بِنَا رَسُولُ اللهُ صَلَّ اللهٌ عَلَيهِ وَسَلَّمَ ذَاتَ يَومٍ فَلَمَّّا قَضَى الصَّلَاةَ أَقْبَلَ عَلَينَا بِوَجْهِهِ فَقَالَ : أَيُّهَا النَّاسُ إِنِّي إِمَكُمْ فَلَ تَسبِقُونِي بِرٌّكُوعِ وَلَا بِالسُّودِ وَلَا بِالْقِيَامِ وَلَابِالِْانْصِرَافِ فَإنِّي أَرَكُُمْ أَمَامِي وَمِنْ خَلْفِي (رِوه مسلم)
"Rosulullah sholata bersama kami, setelah usai beliau mengahdapkan mukanya pada kami dan berkata : "wahai manusia sesungguhnya aku adalah imam mu, maka janganlah kalian mendahulukan aku saat ruku dan sujud, berdiri dan beranjak, sungguh aku melihat kalian dari depan dan belakang". (Hr. Imam Muslim)

Abdurrozak mengeluarkan dari kitab jami'-nya demikian pula Imam Hakim dan Abu Nuaim :

عنْ أَبِي هُرَيرَة أَنَّ النَبِي صَلَّ اللهٌ عَلَيهِ وَسَلَّمَ : إِنِّي لَأَنْظُرُ إِلى مَا وَراءِي كَمَا أَنْظرُ ََلَى مَا بَينِي
Dari Abu Hurairah ra. bahwa Nabi Saw berkata : "Sungguh aku dapat melihat sesuatu yang ada di belakangku sebagaimana aku melihat dari depan".

Abu nu'aim mengeluarkan dari Abi sa'id al-khudri Rosulullah Saw berkata :

إِنِّي أَرَكُمْ مِنْ وَرَاءِظَهرِي
"Sungguh aku dapat melihat dari belakang punggungku".

Hadist lain yang bersumber dari Abi Dzar al-ghifari ra :

قَالَ رَسولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّم إِنِّي أَرَى مَا لَ تَرَونَ وَأَسْمَعُ مَالَ تَسْعُونَ َطَتْ السَّمَاءُوحُقَّ لَهَا أَنْ تَءِطَّ مَافِيهَاموْضعُ أرْبَعِ أَصَابِعَ إِلاَّ وَمَلَكٌ واضِعٌ جَبهَتَهُ سَاجِدًا لِلهِ وَاللهُ لَوتَعْلَمُونَ مَا أَعْلَمُ لَضَحِكْتُمْ قَلِيلًا وَلَبَكَيتُمْ كَشِرًا وَمَا تَلَذَّ ذْتُمْ بِنِّسَاءِ عَلَى الْفُرشِ وََلَخَرَجْتُمْ إِلَى الصُّعُدَاتِ تَجْأَرُونَ إِلَى اللهِ لَوَدِدْتُ أنِّي كُنْتَ شَجَرَةً تُعْضَدُ
"Rosulullah Saw berkata : "Sesungguhnya aku melihat apa yang kalian tidak lihat dan mendengar apa yang kalian tidak dengar, sungguh langit itu bergemuruh, demi Dzat yang jiwa ku berada pada-Nya, tidak ada tempat seukuran jari dilangit melainkan ada malaikat meletakan dahinya bersujud karena Allah, demi Allah ! seandainya kalian mengetahui apa yang aku lihat, niscaya kalian akan sedikit tertawa dan banyak menangis, tidak ingin bersenang-senang dengan istri kalian dan kalian akan naik ke tempat-tempat tinggi berdoa kepada Allah". Abu Dzar berkata :"Seandainya dahulu aku adalah sebuah pohon yang ditebang". (Hr. Imam Ahmad-Imam Turmudzi dan Ibnu Majah)
Bagaimana dengan penglihatan anda ?

Ketiak 
Hadist yang bersumber dari Anas bin Malik ra :

كَانَ نَبِيُ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّم لَايَرفَعُ يَديْهِ شَيْءٍمِن دُعَاءِهِ إِلَّافِي الِاسْتِسْقءِوَءِنّهُُ يَرْفَعُ حَتَّى يُرَى بَيَاضُ إِبْطَيهِ
"Rosulullah Saw tidak mengangkat kedua tanganya sedikitpun dari doanya kecuali ketika istisqo, beliau mengangkat (tanganya) hingga terlihat putih ketiaknya". (Hr.Bukhori-Muslim)

Ibnu Sa'ad mengeluarkan dari Jabir ra :

كَانَ نَبِيُ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّم إِذَا سَجَدَ يُرَى بَيَاضُ إِبْطَيهِ
"Nabi apabila sujud maka terlihat putih ketiaknya".

Tidak sedikit hadist yang bersumber dari para sahabat ra. yang menerangkan tentang ketiaknya yang putih. bahkan Imam at-Thabari berkomentar, sebaian keutamaan beliau warna ketiaknya tidak pernah berubah, ini berbeda dengan ketiak manusia pada umumnya. demikian juga Imam al-Qurtubi mengomentari dengan tambahan bahwa ketiak Nabi Saw tidak berbulu.
Bagaimana dengan ketiak anda ?

Tinggi 
Ibnu Khaisyah mengeluarkan dalam Tarikh-nya, Imam Baihaqi dan Ibnu Asyakir dari Aisyah ra :

لَمْ يَكُنْ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَ سَلَّم , بِالطَّوِيلِ وَلَا البَاءِنِ وَلَابِالْقَصِرِ الْمُتَرَدِّ دِ وَكَانَ يُنْسَبُ إِِلَى الرَّبْعَةِ اِذَ مَشَى وَحْدَهُ وَلَمْ يَكُنْ حَالٍ يُمَا شِهِ أَحَدٌ مِنَ النَّا سِ يُنْسَبُ إِلَى الطَّولِ إِلَّا طَالَهُ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَ سَلَّم وَلَرُبَّمَا اكْتَنَفَهُ الرَّجُلاَنِ الطَوِِيلَانِ فَيَطُولُهُمَا فَإِذَا فَارَقَاهُ نُسِبَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَ سَلَّم إِلَى الرِّبْعَةِ
"Rosulullah Saw tidak terlalu tinggi juga tidak pendek, beliau berjalan dengan seseorang yang di anggap tinggi. maka beliau mengalahkan tingga badan orang tersebut, bahkan kerap terjadi menakala beliau di apit dua orang, maka saat itu  beliaupun mengalahkan tinggi kedua orang tersebut, tetapi ketika kedua orang itu berpisah maka beliau semampai kembali," dalam kitab khashaish-nya "Nabi jika duduk, bahunya lebih tinggi dari seluruh hadirin yang duduk".
Bagaimana dengan tinggi badan anda ?

Mimpi 
Imam Thabrani mengeluarkan dari jalan Ikrimah dari anas bin Malik  ra Ibnu abbas dan Imam Dainuri dalam kitab al-Majalis dari Ibnu Abbas ra berkata :
مَا اخْتَلَمَ نَبِييٌّ قَط وإِنَّمَا الْإِحْْتِلَامُ مِنَ االشَّيطَانِ
"Seorang Nabi tidak pernah bermimpi (setubuh) dan mimpi itu datangnya dari syaithon."
Bagaimana dengan anda ?

Kekuatan 
Hadist yang bersumber dari Qatadah dari Anas bin Malik ra :

كَانَ النَّّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَ سَلَّم يَدُورُعَلَى نِسَا ءِهِ فِى السَّاعَةِ الْوَاحِدَةِ مِنْ اللّّيلِِ وَالنَّّهَارِوَهُنَّ إِِحدَى عَشََرَةََ قَالَ, قُلْتُ لِأََنََسِ أَوكََانَ يُتيقُهُ قَالَ كُنَّا نََتََحَدََّ أَنَّهُ أُعْطِيَ قُُوَّةَ ثَلاََ ثِينَ
"Nabi pernah bergilir diantara para istri-istrinya sesaat dari malam dan siang sementara jumlah isteri beliau 11, aku bertanya kepad Anas, adakah beliau mampu ? Anas menjawab, dulu kami pernah katakan bahwa beliau diberikan kekuatan sebanding laki-laki- normal". (Hr.Imam Bukhori)
Bagaimana dengan kekuatan anda ?

Air Seni 
Al-Hasan bin Sufyan dalam kitab musanadnya dan Abu ya'la, Imam Hakim, Darul Quthni dan Abu Nuaim dari Ummi Aiman ra berkata :

قَامَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَ سَلَّم مِنَ الَّليلِ إِلَى فَخَارَةٍجَانِبِ الْبَيتِ فَبَالَ فِيهَا فَقُمتُ مِنَ الَّليلِ وَأَنَا عَطْشَا نَهُ فَشَرِبتُ مَا فِيهَافَلَمَّا أَصْبَحَ أَخْبَرتُهُ فَضَحِكَ وَقَلَ, إِنَّكَ لَنْ تَشْتَكِيَ بَطْنُكَ بَعْدَ يَومِكَ أَبْدً
"nabi Saw bangun pada suatu malam ke kamar mandi yang berada di samping rumah, beliau pipis disana, setelah itu aku pun bengun malam dalam keadaan sengat haus, aku minum air yang ada disana (saat itu Nabi meletakanya dalam sebuah botol), saat pagi aku ceritakan kepada-nya, tiba-tiba beliau tertawa dan berkata, sejak hari ini perutmu tidak akan pernah mengeluh (sakit)".

Abdurrozak mengeluarkan dari Ibnu Juraij ra berkata :

أَخْبِرتُ أَنَّ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَ سَلَّم كَانَ يَبُولُ فِي قَدَحٍ مِنْ عيدان شٌمَّ يُوضَعُ تَحتَ سَرِيرِهِ فَجَاءَ فَإِذًا القَدَحُ لَيسَ فِيهِ شَيءٌ فَقَالَ لامْرَأَةٍ يُقَالُ لَهَا, يَرَكَتةُ كَانَتْ تَحْدُمُ أُمَّ حَبِيبَةَ جَاءَتْ مَعَهَا مِنْ أَرْضِ الْحَبَشَتِ, أَينَ الْبَولُ الَّذِي كَانَ فِي الْقدَحِ ؟ قَالَتْ; شَرِبْتُهُ قَالَ ; صِحَةَ يَاأُمَّ يُوسُفَ وَكَانَتْ تُكْنَى أُمَّ يُوسُفَ فَمَا مََرِضَتْ قَطٌ حَتَّى كَانَ مَرَضُهَا الَّذِي مَاتَتْ فِيهِ
"Aku mendapat cerita bahwa Nabi Saw pernah pipis dalam sebuah cangkir kayu (pispot) kemudian beliau taruh di bawah tempat tidurnya, saat beliau kembali, cangkir yang berisi air seni itu sudah kosong, maka Nabi berkata kepada salah seorang perempuan yang bernama barokah, (dia adalah seorang pembantu Ummi Habibah yang datang bersamanya dari negri Habasyah) kemana air seniku yang berada di cangkir ? aku minum (kata wanita itu), kemudian beliau berkata, sehatlah kau ya Umma yusuf (panggilan wanita itu), akhirnya wanita itu hingga akhir hayatnya tidak pernah mengalami sakit sedikitpun".

Menurut Ibnu Dahiyyah, kisah ini adalah kisah lain bukan yang pernah di alami Ummi Aiman karena berokahnya Ummi yusuf bukan berokah Ummi Aiman.
Bagaimana dengan air seni anda ?

Dari berbagai Pemaparan diatas cukuplah bahwa Nabi Muhammad Saw, memang bukan manusia biasa ditinjau dari sudut biologis. tidak dengan keyakinan sekelompok orang yang terus menda'wahkan bahwa Dia tidak berbeda dengan manusia lain. boleh jadi celoteh murahan ini mengemuka lantaran mereka tidak mengetahui argumentasi di atas tadi yang syarat bermuatan hadist shahih. Wallahu A'lam.

(Sumber: Muhammad Yusuf Hidayat)


Share:

Selasa, 14 Juli 2015

Tingkatan-Tingkatan Orang yang berpuasa

  اَلسَلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُاللّهِ وَبَرَكَاتُهُ

Segala Puji Hanya Milik Allah dengan sebenar-benarnya pujian.
Sholawat serta salam semoga tetap terlimpahkan kepada sebaik-baik mahkluk-Nya yaitu junjungan nabi Muhammad Saw beliau adalah hamba dan utusan-NYA.
Demikian juga semoga sholawat serta salam semoga terlimpahkan kepada para keluarga beliau, para sahabatnya dan orang-orang sesudahnya.

Imam Abu Hamid Al-Ghazali dalam kitabnya Ihya Ulumuddin Menguraikan dengan gamblang dan jelas tentang tingkatan-tingkatan dalam berpuasa yang bersifat batiniyah yang mengantarkan manusia pada tingkatan yang paling tinggi dan sempurna.

Berkatalah Beliau dalam Fatwanya :

اعْلَمْ أَنَّ الصَّوْمَ ثَلَاثُ دَرَجَاتٍ: صَوْمُ الْعُمُومِ، وَصَوْمُ الْخُصُوصِ، وَصَوْمُ خُصُوصِ الْخُصُوصِ.
"Ketahuilah sesungguhnya (shaum) puasa itu ada tiga tahap (tingkatan)
1. Shoumul Umum-Puasa Umum
2. Shoumul Khusus-Puasa Khusus
3. Shoumul Khususul Khusus-Puasa istimewa sangat Khusus

Pengertian dari ketiga tingkatan tersebut Insya Allah dibawah ini kami uraikan

A. Puasa Umum

َمَّا صَوْمُ الْعُمُومِ: فَهُوَ كَفُّ الْبَطْنِ وَالْفَرْجِ عَنْ قَضَاءِ الشَّهْوَةِ
Beliau (Imam Ghazzali) mengatakan yang dimaksud puasa umum adalah : Puasa menahan Lapar,dan kemaluan dalam menunaikan syahwat
yang dimaksud beliau puasa umum atau puasanya orang-orang awam itu sekedar mengerjakan puasa yang menurut tata cara yang di atur dalam ilmu fiqih. seseorang makan sahur dan berniat puasa pada hari itu lalu menahan diri dari makan dan minum serta melakukan hubungan intim di siang hari dari terbitnya fazar sampai terbenamnya matahari. jika seseorang mengerjakan yang demikian maka secara hukum fiqih dia telah mengerjakan puasa dibulan suci ramadhan,puasanya sah secara lahiriyah menurut tunjaun ilmu fiqih.

B. Puasa Khusus

وَأَمَّا صَوْمُ الْخُصُوصِ فَهُوَ كَفُّ السَّمْعِ وَالْبَصَرِ وَاللِّسَانِ وَالْيَدِ وَالرِّجْلِ وَسَائِرِ الْجَوَارِحِ عَنِ الْآثَامِ
Beliau,mengatakan yang dimaksud Puasa Khusus adalah : Puasa menahan Pendengaran,penglihatan,lisan,tangan,kaki,dan seluruh anggota badan senantiasa menahan diri dari segala perbuatan-perbuatan dosa.
tingkatan ini lebih tinggi dari tingkatan puasanya orang umu atau orang awam selain menahan diri dari makan,minum serta melakukan hubungan intim,tingkatan ini menuntu orang yang berpuasa agar senantiasa menahan seluruh anggota badanya dari segala dosa baik itu berupa ucapan atau perbuatan. tingkatan ini menuntut agar berhati-hati dan tetap waspada.

C. Puasa Istimewa Sangat Khusus

وَأَمَّا صَوْمُ خُصُوصِ الْخُصُوصِ: فَصَوْمُ الْقَلْبِ عَنِ الْهِمَمِ الدَّنِيَّةِ وَالْأَفْكَارِ الدُّنْيَوِيَّةِ وَكَفُّهُ عَمَّا سِوَى اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ بِالْكُلِّيَّةِ
Beliau mengatakan yang dimaksud puasa Sangat Khusus adalah : berpuasanya hati dari keinginan-keinginan yang rendah dari pikiran-pikiran duniawi,serta menahan hati dari tujuan selain Allah secara total.
Tingkatan ini adalah tingkatan yang paling tinggi makomnya sehingga paling berat dan sulit dicapai, selain menahan diri dari makan,minum serta melakukan hubungan intim dan serta menahan seluruh anggota badannya dari perbuatan maksiat, tingkatan ini menuntut hati dan pikiran orang yang berpuasa untuk fokus, memikirkan hal-hal yang diridhoi Allah dan memurnikan semua tujuan hanya untuk Allah semata.
Puasanya hati dan pikiran itulah hakikat dari puasa yang sangat khusus,Puasanya hati dan pikiran dianggap tidak sah atau batal ketika dia memikirkan hal-hal yang tidak behubungan dengan selain Allah.

Wallahu A'lam bisshowab
Share:

Sabtu, 11 Juli 2015

Maksiat Dalam Taat

Iblis bukan cuma jago menggoda manusia untuk melawan perintah Allah, dibuainya manusia dalam selimut kebanggaan bagi mereka yang rajin beribadah adalah bagian lain juga dari kreativitas Iblis, halus nian sang Iblis memasuki wilayah yang satu ini.

Al-hasil, Iblis sekuat tenaga membisikan manusia untuk meninggalkan perintah Allah, kalau ini tidak berhasil sang Laknat inipun membuat kreativitas lain yaitu di godalah manusia agar merasa bangga dalam beribadah sehingga memandang orang lain tidak ada apa-apanya di banding dengan dirinya, menepuk dada, mencibir dan seterusnya dan seterusnya.

Alkisah : ada seorang perempuan tuna sila, bergelimang dalam dosa, waktu demikian berharga untuk di isi dengan kesenangan dunia, nyaris tiada hari tanpa maksiat.

Disisi kehidupan lain, tinggalah seorang ahli ibadah yang bergelut setiap saat dalam taqorrub kepada Allah, baginya waktu adalah ibadah. Entah karena kedudukan ibadahnya yang demikian tinggi, hingga awanpun menaungi dirinya kemanapun si abid (ahli ibadah) ini pergi.

Dua sisi kehidupan yang bertolak belakang, yang satu ahli maksiat dan yang satu ahli ibadah, yang satu teman akrab Iblis yang satu di cintai Malaikat.

Tapi entah kenapa waktu terus bergulir seketika awan yang kerap menaungi sang abid (ahli ibadah) ini tiba-tiba berpindah ke seorang wanita yang dikenal Penyandang tuna sila...?

Taubatan Nashuha setelah lama menjadi budak Iblis rupanya yang menjadi latar belakang si wanita itu bernaung awan tiada henti mengharap dan memohon ampun, keridhoan, dan rahmat Allah. sementara si abid (ahli ibadah) kian tertipu dengan perasaan bangga dan sombong karena ibadahnya.

Fenomena itulah yang pernah dirasakan soerang waliyullah, Abu Madyan. Dan Ibnu Atthaillah sendiri menggaris bawahi dalam kitab Hikamnya, ("Kemaksiatan yang mewariskan ketundukan lebih baik dari ketaatan yang mewariskan kesombongan.") Padahal saat kita membaca "La Haula Wala Quwwata iLLa Billah." sebetulnya kita sudah tidak lagi melihat badan ini berkemampuan dalam melaksanakan perintah dan menjauhkan larangan Allah, bukankah semua itu karena Billah (dengan bantuan Allah, dengan pertolongan-Nya, dengan kekuatan-Nya), bisakah kita melangkah beribadah kalau energi tidak ada ? dan siapa yang memberi energi itu kepada kita ? kenapa masih juga bangga dan sombong ?

Dia memang tidak berhasil menggoda kita untuk memperturutkan keinginanya dalam meninggalkan perintah Allah. Tapi, berhati-hatilah dengan kelicikan Iblis membuai dan menina-bobokan manusia bergelimang dalam laut kebanggaan dan kesombongan saat kita beribadah. tanda-tanda itupun cukup mudah dikenali, yaitu saat kita merasa sudah sangat dekat kepada Allah dan memandang orang lain tidak ada apa-apa di banding kita.

Mendekatlah tapi jangan mengklaim diri ini sudah sangat dekat dan paling dekat, sebab Dia-lah Allah yang akan mendekatimu bukan kau sesungguhnya yang mendekati-Nya, walau sudah berasa sekalipun mulut ini karena berdziqir, habis air mata ini karena menangis, lunglai badan ini terus beruku' dan bersujud. 
Wallahu A'lam (Sumber :Muhammad Yusuf Hidayat)
Share:

Rabu, 08 Juli 2015

Tasawuf Islam dan Kaum Sufi

بِسْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم

Sufi berasal dari bahasa arab shaf (murni). alasan bahwa kaum sufi disebut dengan nama ini adalah bahwa dunia batin mereka telah disucikan dan di cerahkan dengan cahaya hikmah, penyatuan, dan ke Esaan. Arti lain untuk sebutan ini adalah bahwa mereka berhubungan secara spiritual dengan sahabat-sahabat tetap Rosulullah saw. yang disebut para sahabat dengan pakaian wol. mereka juga telah biasa menggunakan pakaian dari tenunan kasar, bulu domba (shuf) ketika mereka masih baru dan mereka telah mencurahkan hidupnya dalam pakaian tua bertambal. Lahiriyah mereka adalah miskin dan sederhana, demikian pula kehidupan duniawinya. mereka sederhana dalam makanan,minuman, dan kesenagan lain dari dunia ini. di dalam kitab berjudul Al-Majma' dikatakan' apa yang pantas untuk zahid yang saleh adalah pakain dan cara hidup yang biasa dan sederhana." meskipun muncul tidak aktratif-untuk duniawi, kearifan mereka diwujudkan dalam sikap ramah dan lembut, yang membuat mereka atraktif kepada orang-orang yang mengetahuinya. didalam hakikat , mereka adalah contoh untuk umat manusia. mereka mengikuti perintah iLahi. mereka dalam pandangan Allah berada di peringkat pertama kemanusiaan, sedangkan di mata orang-orang yang mencari Tuhanya, mereka tampak indah meskipun penampilanya sederhana. mereka harus di bedakan dan dapat di bedakan dan mereka harus begitu selamanya, karena mereka semua berada pada tingkat penyatuan dan keesaan dan harus tampil sebagai satu kesatuan.

Dalam bahasa arab kata "tasawuf" (mistisisme islam) terdiri atas empat konsonan yaitu, t, sh, w, dan f. huruf pertama t, adalah kependekaan dari taubah, penyesalan. inilah langkah pertama yang di ambil di atas jalan. ini seolah-olah merupakan sebuah langkah ganda, satu langkah lahiriah dan satu langkah batiniah. langkah lahiriah dalam tobat adalah dalam kata-kata, perbuatan, dan perasaan, memelihara hidup dari dosa dan dari pekerjaan salah, serta cenderung pada ketaatan, menghindarkan diri dari pemberontakan dan perlawanan, serta mencari persetujuan dan keselarasan. langkah batiniah dari tobat di ambil oleh hati. inilah pembersihan hati dari keinginan-keinginan duniawi dan penegasan hati yang total akan harapan kepada ILAHI.

Tobat menyadari akan kesalahan dan meninggalkanya, untuk menyadari akan kebenaran dan berusa keras untuk itu-membawa orang pada langkah kedua.

Tahapan kedua adalah keadaan kedamaian dan kegembiraan "shafa. huruf sh adalah simbolnya. dalam tahapan ini, ada dua langkah dengan cara yang sama diambil, yaitu pertama ke arah kesucian hati, dan yang kedua ke arah pusat rahasianya. kedamaian hati datang pada hati yang bebas dari kegelisahan. kegelisaan di sebabkan oleh beban akibat semua yang bersifat materi-makanan,minuman, tidur bicara tidak berguna. semua ini seperti gravitasi bumi, menarik hati yang yang sangat halus kebawah,- dan untuk membebaskan diri dari beban ini membuat hati menjadi letih. kemudian ada ikatan-keinginan, harta, cinta terhadap keluarga dan anak-anak-yang mengikat hati yang sangat halus kebumi dan menahanya dari membumbung tinggi.

Cara untuk membebaskan hati, menyucikanya adalah dengan mengingat Allah. pada awalnya, ingatan ini hanya dapat di kerjakan secara lahiriah, dengan muengulang nama-nama ilahi-Nya', menyebut keras-keras agar engkau, dirimu sendiri, dan orang-orang laindapat mendengar dan mengingat. ketika daya ingatan kepada-Nya menjadi tetap, ingatan tertanam ke hati dan masuk ke dalam, menjadi kesunyian. Allah swt berfirman :

انماالمومنون الذين اذاذكرالله وجلت قلوبهم واذتليت عليهم ايته زادتهم ايمانا وعلى ربهم يتوكلون
artinya : "Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu, adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, bertambah iman mereka karenanya dan kepada Tuhanlah mereka bertawakal." (QS. Al-Anfal 8; 1-2)


"Bergetar" artinya terpesona, takut dan cinta akan Allah ini, hati terbangun dari tidur dan ketidak pedulian, kemudian menjadi bersih, berkilau. wujud dan bentuk dari alam yang tersembunyi terpantul dalam hatinya. Nabi Muhammad bersabda : "Para ulama secara lahiriah mengunjungi dan memeriksa hal-hal (benda) dengan pikiran mereka, sementara orang arif secara batiniah sibuk membersihkan dan menggosok hati mereka."

Kedamaian pusat rahasia hati di capai oleh hati yang bersih dari segala sesuatu serta mempersiapkanya untuk menerima hanya esensi Allah yang memasuki ketika hati tersebut sudah diperindah dengan cinta ilahiyah. arti dari pembersihan ini adalah ingatan batin  yang tetap dan menyebut dalam hati pengakuan akan penyatuan ilahi, La Ilaha Illallah (tidak ada Tuhan selain Allah), ketika hati dan pusatnya berada dalam satu keadaan damai dan suka cita, tahapan kedua yang diwakili dalam huruf sh, menjadi sempurna.

Hurup ketiga, w, melambangkan wilayat, yang merupakan keadaan suci para Pecinta dan sahabat (wali) Allah. keadaan ini bergantung pada kesucian batin. Allah swt, menyebut wali-wali-Nya dalam Al-Qur'an :


الآانّ اولياألله لاخوف عليهم ولاهم يحزنون لهم البثرى فى الحيوةاادنياوفى الاخرةلاتبديل لكلمت الله ذلك هوالفوالعظيم
Artinya : "Ingat,sesungguhnya wali-wali Allah itu tidak ada ke khawatiran terhadap mereka dan tidak pula mereka bersedih hati. bagi mereka berita gembira di dalam kehidupan di dunia dan dalam kehidupan akherat."(QS. Yunus [10] : 62 dan 64)

Orang dalam keadaan suci ini sadar akan berada dalam cinta dan hubungan dengan Allah. hasilnya dia di perindah dengan karakter, moral, dan sikap yang terbaik. inilah karunia ilahi yang di limpahkan atasnya. Nabi Muhammad saw. bersabda : "Patuhilah moral ilahiyah dan bertingkah lakulah sesuai dengannya."

Pada tahapan ini manusia yang sadar melepaskan karekteristik duniawinya dan tampil dalam sifat-sifat ilahi. Allah swt berfirman melalui Nabi Muhammad saw : " Ketika Aku mencintai hamba-Ku, Aku menjadi matanya, telinganya, lidahnya, tanganya, dan kakinya. Dia melihat melalui Aku, dia mendengar melalui Aku, dia berbicara atas nama-Ku, tanganya memjadi milik-Mu dan dia berjalan bersama-Ku."

Bersihkanlah dirimu sendiri dari segala sesuatu, dan pertahankan hanya esensi Allah dalam dirimu, karena :
وقل جاءالحق وزهق الباطل كان زهوقا
"Dan katakanlah,' Yang benar telah datang dan yang bathil telah lenyap.' Sesungguhnya yang bathil itu adalah sesuatu yang pasti lenyap.:" (QS. Al-Isra [17] : 81 )

Ketika kebenaran telah datang dan kebatilan telah lenyap, tingkatan wilayat menjadi sempurna. Hurup ke empat f, menyimbolkan fana', peleburan diri, keadaan ketiadaan diri. diri yang palsu mencair dan menguap ketika sifat-sifat ilahi memasuki mahkluk manusia, dan ketika keberagamaan sifat-sifat dan kepribadian duniawi pergi, dan tempatnya di ambil oleh sifat tunggal dari penyatuan.

Dalam kenyataan,kebenaran selalu hadir. ia tidak pernah menghilang dan mundur. apa yang telah terjadi aalah bahwa orang-orang beriman menyadari dan menjadi satu yang telah menciptakanya. dalam hidup bersama-Nya, orang-orang beriman menerima kesenangan-Nya, makhluk duniawi akan menemukan existensi yang sesungguhnya dengan menyadari rahasia pribadi.
كل شيءهالك الاوجهه
"Tiap-tiap sesuatu pasti binasa, kecuali Allah." (QS. Al-Qashash [28] : 88)

Jalan untuk mengetahui kebenaran-Nya adalah melalui ridho-Nya, melalui persetujuan-Nya. apa bila engkau melakukan perbuatan-perbuatan demi Dia yang mempertemukan dengan izi-Nya, engkau mendekati kebenaran-Nya, esensi-Nya. kemudian semua lenyap kecuali satu yang menyenangi dan dengan siapa Dia menyayangi,menyatu. Perbuatan-perbuatan sholeh adalah ibu yang melahirkan anak kebenaran, kesadaran hidup dari manusia sejati.
اليه يصعدالكلم الطيب والعمل الصالح يرفعه
"Kepada-Nya-lah naik perkataan-perkataan yang baik dan amal yang soleh dinaikan-Nya." (QS.Fathir [35] : 10)

Jika seseorang bertindak dan hidup untuk sesuatu selain Allah, ia sedang mengadakan sekutu bagi Allah, menempatkan diri sendiri atau yang lain ditempat Allah-suatu dosa tak termaafkan, yang cepat atau lambat menghancurkan orang tersebut. akan tetapi apabila diri dan kedirian telah lebur (musnah) ia mencapai tahapan penyatuan dengan Allah. tingkatan penyatuan berada di alam kedekatan dengan Allah sebagaimana firman-Nya :
ان المتقين فى جنت ونهرفى مقعدصدعندمليك مقتدر
"Sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa itu di dalam taman-taman dan sungai-sungai, di tempat yang di senangi di sisi Tuhan yang berkuasa."(QS. Al-Qamar [54] : 54-55)

Tempat itu adalah tempat kebenaran Esensial, kebenaran dari semua kebenaran, tempat penyatuan dan ka Esaan. inilah tempat yang di persiapkan  untuk para Nabi, orang-orang yang di cintai Allah, untuk para wali-Nya. Allah bersama mereka dan orang-orang  yang saleh. apabila sebuah exsistensi abadi, ia tidak dapat di pahami sebagai sebuah exsistensi yang terpisah. apabila semua ikatan duniawi telah putus dan seseorang berada dalam kesatuan dengan Allah dan dengan kebenaran ilahi, orang tersebut menerima kesucian abadi, tidak pernah cacat, dan menjadi salah satu di antara :
اوليك اصحاب الجنة هم فيهاخالدون
Artinya: "Mereka itulah penghuni syurga, mereka kekal di dalamnya."

Mereka adalah :
والذين امنووعملواالصالحات
Artinya : "Orang-orang yang beriman dan beramal soleh."(QS. Al-A'raf [7] : 42)
لانكلف نفساالاوسعها
Artinya: "Kami tidak membebani kewajiban kepada jiwa seseorang, melainkan sekedar kesanggupanya."(QS. Al-A'raf [7] :42)

Akan tetapi, sesorang membutuhkan kesabaran yang besar :
والله مع اصابرين
Artinya : "Dan Allah beserta orang-orang yang sabar"(QS. Al-Anfal [8] : 66)

(Sumber: K.H.Habib Abdullah Zakiy Al-Kaf)
Share:


jadwal-sholat