"Lakukanlah apa yang bermanfa'at untuk dirimu dan berpegang teguhlah dengannya"

Selasa, 07 Juli 2015

Jiwa Dan Ruh Manusia

Ketahuilah sesungguhnya Allah swt, menciptakan manusia dari dua unsur yang berbeda. salah satu dari keduanya ialah jasad, yang gelap,tebal termasuk dalam katagori wujud, bersifat rusak, tersusun dan berdebu, perkaranya tidak bisa disempurnakan kecuaili dengan yang lainya. Unsur yang kedua adalah jiwa yang bersifat jauhar (substansi), yang menerangi, menemukan, mengerjakan, menggerakan, dan yang menyempurnakan berbagai alat dan jasad.

Allah swt, menyusun jasad dengan gizi makanan den mengembangkanya dengan bagian-bagian yang mengandung debu. menyusun dasar-dasarnya, mengerjakan organ tubuhnya, menentukan anggota-anggotanya, seperti tangan dan kaki, lalu menampakan substansi jiwa dari kekuasaan-Nya yang Tunggal dan sempurna, hingga menjadi purna dan bermanfaat.

Jiwa yang kuat itu bukan  jiwa yang mencari makanan penguat, menggerakan kesenagan syahwat dan kemarahan, juga tidak kekuatan yang tenang didalam hati, yang melahirkan kehidupan dan menimbukan rasa serta gerak dari hati keseluruh anggota badan. karena kekuatan semacam itu kekuatan hewani, sedangkan perasaan, gerakan tubuh senang dan marah adalah pasukanya. kekuatan tersebut yang mecari makanan dan tenang di dalam hati dengan bebas. Dia ini dinamakan Ruh (thabi'i) dimana ketundukan, penolakan adalah bagian dari sifat-sifatnya. kekuatan yang terhias, melahirkan kehidupan, bertambah serta semua kekuatan yang menjadi wataknya adalah pelayan jasad. dan Jasad sendiri merupakan pelayan Ruh hewani, karena jasad menerima kekuatan dirinya dan bekerja menurut gerakanya. tetapi yang dimaksud dengan jiwa adalah jauhar yang bersifat sempurna dan tunggal, yang keberadaanya hanya untuk berdziqir, menghapal, berpikir, dan membedakan, juga menerima semua ilmu dan tidak jemu menangkap penomena dan ilustrasi-ilustrasi non material. jiwa inilah pemimpin ruh-ruh dan raja yang kuat. semuanya melayani jauhar dan meleksanakan perintahnya.

An-nafs an-naathiqah (jiwa yang imaginative), yakni jauhar ini, bagi setiap kaum mempunyai nama sendiri. Para hukama (ahli hikmah) menamakan jauhar ini dengan an-nafs an-nathiqah. Al-Qur'an menamaknaya an-nafs al-muthmainnah (jiwa yang tenang) dan ruh amri (ruh yang menjadi urusan Tuhan). sementara kaum Sufi menamakanya Hati (al-qolbu).

Perbedaan itu hanya sebatas dalam istilah nama, sedangkan artinya tetap satu dan tidak ada perbedaan di dalamnya. Al-qalbu dan ar-Ruh adalah menurut pandangan sufi. sedangkan Al-muthmainnah semuanya merupakan nama-nama an-nafs an-nathiqah. sementara an-nafs an nathiqah adalah jauhar yang hidup, kreatif dan yang menemukan sesuatu. ketika kita mengatakan ruh yang mutlak, atau qalbu, maka tiada lain yang dimaksud adalah jauhar ini. sementara ahli Tasawwuf menamakan ruh hewani dengan nafsu. demikian juga menurut syara' Rosulullah bersabda : 

"Musuh yang paling memusuhimu adalah nafsumu".

Asy-Syar'i (Nabi.saw) menamakanya dengan an-nafsu dan menguatkanya dengan penyandaran, sebagaimana dalam sabdanya : "Nafsu anda yang berada di antara dua lambung anda"
Asy'Syar'i mengisyaratkan keliamat itu hanya kepada kekuatan nafsu syahwat dan amarah yang keduanya membangkitkan dalam hati dan berdiam di antara dua lambung.

Jika kita telah mengetahui perbedaan nama-nama, maka ketahuilah bahwa para ulamayang membahas masalah ini mengibaratkan jauhar yang indah dengan ibarat yang berbeda-beda. dan mereka berpendapat dengan pendapat yang berbeda-beda tingktanya. Ulama ahli kalam yang terkenal dengan ilmu perdebatanya mengatakan bahwa nafsu ermasuk dalam katagori Jisim. mereka juga mengatakan bahwa jauhar adalah jisim yang halus. mereka tidak melihat perbedaan antar ruh dan jasad kecuali antara dengan kata kehalusan dan ketebalan (al-lathafah wal-kasyafah). sebagian ulama berpendapat bahwa ruh adalah benda. sebagian dokter cenderung dengan pendapat ini. sebagian ulama berpendapat bahwa darah adalah ruh. para ulama menerima dengan keterbatasan pandangan dan daya imazinasi mereka, dan mereka pun tidak mencari bagian yang ketiga.

Perlu kita ketahui bersama bahwa Pembagianya ada tiga, yaitu Jisim (tubuh), benda (jiwa), dan Jauhar al-fard (inti substansi). maka ruh hewani adalah : Jisim yang halus, seperti lampu yang dinyalakan dan di letakan di dalam kaca hati, yakni bentuk sanubari yang digantung didalam dada. kehidupan adalah cahaya lampu, darah adalah minyaknya, rasa dan gerak adalah sinarnya, syahwat adalah panasnya, dan marah adalah asapnya. sedangkan kekuatan mencari makan, yang ada di dalam hati adalah pelayan, penjaga dan wakilnya.

Ruh ini juga terdapat pada seluruh hewan, manusia adalah Jisim, sedang peniggalan-peniggalanya adalah bersifat material. Ruh semacam ini tidak dapat menerima petunjuk ilmu, tidak dapat mengetahui jalan yang diciptakan dan tidak pula mengetahui kebenaran Sang Pencipta. dia hanya sebagai pembantu dan tawanan yang bisa mati dengan matinya badan. apabila darah bertambah, maka padamlah cahayanya, sebab terlu panas. dan apabila darah berkurang, maka ia juga akan padam karena terlalu dingin. sedang padamnya ruh hewani ini merupakan penyebab kematian badan. Ruh (hewani) ini tidak mendapat kitab dari Allah swt. dan juga tidak mendapat pembebanan hukum syari'at. karena binatang tidak terbebani dan terkena hukum-hukum syara.

Sementara manusia mendapat beban dan kithab karena makna lain yang ada padanya secara khusus dan melebihi yang lain, yaitu an-nafsu an-nathiqo dan ruh muthmainnah. Ruh ini tidak berupa fisik dan tidak pula benda. karena sesungguhnyaRuh adalah menjadi urusan Allah swt seperti firman-Nya :

قل الروح من امرربي
Artinya: "Katakanlah (Muhaammad) Ruh adalah termasuk urusan Tuhanku." (QS.Al-Isra :85)

dan firman-Nya :
يايتهاالنفس المطمنة ارجعي الىربك رضيةمرضية فادخلي في عباد ودخلي جنتي

"Hai jiwa yang tenang. kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi di ridhoi-Nya." (QS.Al-Fajr : 27-28)

Urusan Allah Ta'ala yang Maha pencipta tidak berupa Jisim dan bukan pula benda, tetapi berupa kekuatan ILahiyah seperti akal yang pertama,Lauh dan qolam. Kekuata ILahiyah itu merupakan jauhar tunggal yang terpisah dari benda, bahkan ia merupakan sinar bersih dan dapat berpikir dan tidak dapat disentuh. menurut bahasa kita , ia adalah ruh dan kalbu. dia tidak bisa rusak, hancur, sirna dan tidak pula mati. bahkan ia akan berpisah dengan badan dan menunggu waktu untuk kembali kepadanya pada hari kiamat, seperti keterangan yang ada di dalam syara'. (Wallahu a'alam)

(disadur dari Kitab Al-Hikmah Fii Makhluqotillah 'Azza wa Jalla" karangan Imam Al-Ghazali)
Share:

0 komentar:


jadwal-sholat